AAD #31 ✅

2.9K 105 0
                                    

╭──────────╮
𝑨𝒖𝒕𝒉𝒐𝒓'𝒔 𝑷𝑶𝑽
╰──────────╯

Pondok pesantren Baiturrahman
18 April 2018

Tepat pukul enam Najmi dan Munib tiba di aula pondok. Najmi memang sengaja bersiap lebih pagi untuk membantu Munib membawa kue.

Najmi pikir Munib tengah kesusahan sambil membawa banyak bungkusan ditangannya. Rupa rupanya dia malah asyik nongkrong dimobil, ternyata pihak toko kue menyediakan Mobil untuk dilivery. Terpaksa Najmi berlari mengikuti laju mobil karena ruang dalam mobil terisi penuh oleh kue dan segala macam makanan lainnya.

Najmi langsung duduk di aula, sedangkan Munib malah tebar pesona di aula. Berlagak seperti orang paling berguna padahal nyatanya gak terlalu.

"Gak usah aneh aneh Munib, mbak laporin ibumu kalau kamu senyum senyum sama cewek." Anggun mengancam adik sepupunya itu.

"Mendingan kamu bawain semua kue kesini sebelum siang." Anggun menitah Munib, dan Munib langsung patuh.

"Ayo bantuin juga!!" Zahra memberi komando.

Dalam sekejap kue tart besar sudah siap diatas meja. Beberapa kue bingkisan untuk para ustadz dan kyai sudah disiapkan dipojok ruangan untuk nantinya dibagikan. Kado yang dibungkus Najmi pun sudah bertengger manis di meja, menunggu ustadz Anwar untuk acara penyerahan kado.

"Najmi, nanti kamu rekam ya. Nanti sekalian ambil foto bersama." Bela mengingatkan Najmi, karena hanya dia yang punya ponsel disini.

"Eh,, aku pulang dulu ya. Mau berangkat kerja soalnya." Munib pamit, dan Najmi tidak peduli. Sebuah senyum pahit terukir di bibir Munib, batinnya sudah yakin sekarang. Sahabatnya sudah menemukan cintanya, dan tugasnya untuk menemani Najmi sudah selesai. Dia harus pergi, tak baik mengganggu hubungan orang lain.

Suara dering ponsel yang tiba tiba membuat perhatian seluruh santri teralih pada Najmi.

"Apaan?? Cuma orang nelpon kok." Najmi lagi lagi kesal, pasalnya dia selalu ditatap seperti itu saat ponselnya berbunyi.

Najmi segera menyingkir ke tempat sepi karena menyadari nama penelponnya.

"Assalamualaikum Nuril." Suara dari sana terdengar bersemangat.

"Wa'alikumsalam bang, ada apa ya??" Najmi berucap pelan, takut terdengar seseorang.

"Kamu lupa??semalam Saya sudah janji akan mengajakmu ke suatu tempat hari ini. Bagaimana kalau berangkat sekarang, agar waktu kita bisa lebih lama."

Najmi menepuk keningnya, dia lupa janji itu. "Ehmm,, aku... Aku..."

"Kenapa Nuril??"

"Aku... Ehmm,, Abang ke aula aja dulu ya. Nanti aku jelasin disini."

"Aula?? Ngapain kamu disitu??"

"Udah sini aja."

Najmi segera mematikan sambungan teleponnya. Semakin penasaran akan semakin cepat datang.

Najmi lekas kembali masuk ke aula. Anggun terlihat menyuruh seorang santri untuk memanggil ustadz Anwar.

"Oke gays!! Kita siap siap. Aku udah nyuruh Gibran buat panggil ustadz Anwar. Ayo ambil posisi masing masing." Anggun mengambil alih komando.

"Rere, kamu jaga saklar lampu, nanti langsung hidupin setelah kita bilang surprise."

"Najmi, kamu siap jadi dokumentasi kan. Ambil posisi paling belakang, biar semua kerecord."

"Zahra, kamu yang bawa kadonya ya."

"Yang lain susun barisan, bawa balon happy birthday nya.

"Bela, kamu bawa balon angka ya."

Ada Aku Disini (Lengkap)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang