AAD #38 ✅

2.7K 70 0
                                    

╭──────────╮
𝑺𝒚𝒂𝒓𝒊𝒇'𝒔 𝑷𝑶𝑽
╰──────────╯

Pondok pesantren Baiturrahman
24 April 2018

"Abang kenapa bang??" Sebuah suara membuyarkan lamunanku. Aku menoleh, mendapati Hasbi sudah berada disampingku, entah sejak kapan dia disini.

"Gapapa. Eh,, gak tidur kau Has?? Sudah jam satu pagi ini." Tanyaku setelah menormalkan keterkejutanku.

Hasbi menggeleng. "Abang kenapa jam segini masih di teras kamar?? Bukannya tidur." Hasbi malah balik tanya.

"Sedang banyak pikiran Abang Has." Aku memulai curhatanku.

"Mikirin calonmu itu ya??" Hasbi menggodaku dengan senyum jahilnya.

"Mana ada." Aku berkilah.

"Terus mikirin apa?? Cerita dong sama saya." Hasbi terlihat tertarik dengan pikiranku.

Aku menatapnya lalu tersenyum kecil. "Abang gagal Has." Aku berusaha tegar walau lagi lagi suaraku bergetar, ahhh rasanya kecewa sekali.

"Beasiswa ke Tareem??" Tebakan Hasbi tepat sasaran.

Aku mengangguk, wajahku pasti sudah mirip anak kecil yang tidak jadi dibelikan eskrim.

"Sabar ya bang, kita harus ikhlas menjalani takdir dari Allah. Semua yang Allah berikan pastilah yang terbaik untuk kita. Dan semua kejadian pasti ada hikmahnya." Hasbi mendadak jadi Mario teguh.

"Apa hikmahnya??" Aku mengajukan pertanyaan kepadanya.

Hasbi dim sejenak, berfikir. "Mungkin biar gak jauh dari calon istrimu itu." Hasbi terkekeh.

Aku menghela nafas. "Meskipun gak jadi ke Tareem, Abang bakalan tetep pergi. Kontrak Abang dua minggu lagi sudah habis."

"Perpanjangkanlah! Biar kita bisa lebih lama bareng barengnya. Biar Abang juga bisa tetep deket sama calonmu itu."

Aku tersenyum simpul, usulan Hasbi memang tidak salah. Tapi kehadiran kak Anggi dan Nayla beserta semua masalahnya membuatku merasa harus segera pergi dari sini.

"Masih banyak tempat yang belum saya jelajahi. Masih banyak guru yang belum saya temui. Masih banyak ilmu yang belum saya pelajari. Maka dari itu saya harus pergi." Aku menatap langit dengan ribuan bintang yang terlihat indah.

"Abang mah enak, orang kaya, mau belajar kemana mana tinggal berangkat." Hasbi mendadak mellow.

"Yang kaya itu bapak saya Has. Saya mah gak punya apa apa." Aku terkekeh.

"Sama aja bang." Ucap hasbi kesal, tapi aku malah tertawa.

"Eh, terus calon Abang gimana?? Mau ditinggal gitu aja??" Pertanyaan Hasbi adalah pertanyaan yang sejak tadi kutanyakan pada diriku sendiri. Aku juga masih bingung dengan hubungan ini.

"Entahlah, Abang juga bingung Has."

"Lamar aja dulu bang! cewek kayak Nuril pasti banyak yang ngincer. Kalau gak cepetan dilamar, bisa aja dia dilamar orang duluan." Hasbi menakut nakuti.

"Misalnya temen cowok yang sering main bareng dia itu."

Aku menatap terkejut pada Hasbi, bisa bisanya dia tau tentang teman laki laki Nuril yang terlihat tak wajar karena hanya menyandang status sebagai teman tapi kelakuannya mencurigakan.

"Dari mana kau tau tentang dia??"

"Anak itu??" Tanyanya lagi, aku mengangguk cepat.

"Aku sering liat dia lewat terus mampir ke rumah itu. Kadang pagi, siang, sore kadang malem juga kesitu. Kayaknya beberapa hari yang lalu dia jadi lebih sering kesana." Hasbi memberi informasi sambil mengingat.

Ada Aku Disini (Lengkap)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang