AAD #35 ✅

2.8K 89 0
                                    

╭──────────╮
𝑵𝒂𝒋𝒎𝒊'𝒔 𝑷𝑶𝑽
╰──────────╯

Desa Baiturrahman kota tengah
22 April 2018

Aku menghirup udara segar di pagi hari yang cerah ini. Rasanya luar biasa, setelah beberapa hari tumbang karena demam, kini akhirnya aku bisa merasakan nikmatnya sehat yang selama ini jarang aku syukuri.

Aku meregangkan otot ototku, memberi sedikit pemanasan karena aku akan melaksanakan rencana yang telah aku susun saat sakit. Rencana penyelidikan hubungan antara bang Syarif dengan penjaga counter.

Aku sangat geram sekali dengan bang Syarif, pasalnya dia tak mengunjungiku sama sekali setelah hari itu, dia bahkan tak mengangkat telepon atau membalas chat yang kukirim. Benar benar keterlaluan.

Syukurlah ada Munib yang setia merawat walau tak dua puluh empat jam ada disampingku. Setidaknya dia selalu datang untuk memastikan aku tetap hidup di sela sela waktu kerjanya. Benar benar lelaki idaman bukan??

Aku menarik nafas panjang, bersiap melangkah, bersiap untuk menemukan fakta apapun yang mungkin saja akan membuatku sakit kedepannya nanti.

"Bismillahirrahmanirrahim." Aku memulai langkah dengan kaki kanan, sesuai Sunnah.

Setelah berjalan dua menit dengan rata rata kecepatan 10km/jam akhirnya aku sampai di depan counter.

"Assalamualaikum kak." Aku mengetuk etalase karena sang target tidak ditemukan di tempat yang seharusnya.

"Iya bentar." Suara dari dalam membuatku jedag jedug, kuharap aku bisa melakukan tugas mudah ini.

"Eh adek, mau beli apa??" Kak Anggi terlihat ramah walau pakaian yang ia kenakan terlihat tak ramah.

"Ehmm,, mau beli kuota kak." Aku mengeluarkan uang yang sejak tadi kugenggam, ini adalah salah satu strategi yang aku pelajari lewat YouTube.

"Biasa kan dek." Kak Anggi mengeluarkan selembar voucher lalu mengambil uangku, menukarnya dengan pecahan yang lebih kecil.

Aku menatap kembalianku di atas etalase. setelah ini harus apa?? Apakah aku harus pulang lalu semua berakhir begitu saja??

Aku memutar otakku, berusaha mencari beberapa topik pembicaraan umum yang bisa kuangkat untuk obrolanku kali ini.

"Ehmmmm,, aku boleh tau nama kakak nggak??" Aku merutuki diriku sendiri, kenapa malah melayangkan pertanyaan yang sangat umum, bagaimana bisa mengorek informasi dengan awalan seperti itu.

"Kenapa tiba tiba tanya??" Dia malah balik tanya, merepotkan.

"Ya gapapa kak,, kita kan rumahnya deket, siapa tau aku perlu bantuan, aku bisa panggil kakak."

Kak Anggi mengangguk. "Nama kakak Anggi Kusumadewi. Panggil aja kak Anggi, kamu namanya siapa??"

"Namaku Najmi." Jawabku singkat, oke bodohnya aku. Apalagi yang harus dikatakan sekarang??

Lalu hening sejenak, kembalian ku masih dalam genggaman, aku berpura pura memasukkan kode voucher agar tak terlihat menunggu sesuatu.

"Kakak boleh tanya gak dek??" Aku menoleh, apa gerangan yang hendak ia tanyakan.

"Boleh." Ucapku ragu ragu, aku memasukkan ponselku ke dalam saku menunggu pertanyaannya.

"Kamu udah nikah ya??" Aku mengerutkan keningku, nikah??

"Belum lah kak, aku kan masih lima belas tahun." Aku terkekeh kecil, disertai senyuman karir.

"Ooohh,, kakak kira cowok yang sering ke rumahmu itu suamimu."

Ada Aku Disini (Lengkap)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang