AAD #64 ✅

2.2K 74 0
                                    

╭──────────╮

𝑨𝒖𝒕𝒉𝒐𝒓'𝒔 𝑷𝑶𝑽

╰──────────╯

Pondok pesantren Baiturrahman
2 Mei 2018

Seorang remaja dengan pakaian khas santri tengah duduk diam dalam gelapnya malam. Tangannya menopang Al-Qur'an tapi pandangannya jelas tak tertuju kesana. Dia tengah mendongak, menatap indahnya taburan kerlip bintang diatas gelapnya langit malam.

Sudut bibirnya terangkat, matanya berbinar, sosok wajah tergambar dengan hanya bermodalkan angan. Seperti rasi bintang, wajah di langit itu tersenyum padanya.

Dia adalah Adrian, remaja yang baru saja putus cinta dan kini tengah putus asa. Membayangkan wajah ibunya di langit malam, membuatnya tersenyum karena dapat sedikit mengobati rindunya.

"Adrian!!" Sebuah panggilan disertai tepukan di punggung membuat adrian sadar dari lamunannya.

"Hmm??" Adrian mengangkat sebelah alisnya, mempertanyakan sebab musabab datangnya temannya itu.

"Ada yang nyari." Ujar rofiq dengan terengah.

"Siapa?? Kalau yang nyariin ustadz rosyid aku gak mau." Adrian bergidik membayangkan wajah marah ustadz tergalak sepesantren itu.

"Bukan." Rofiq mengibaskan tangannya.

"Terus??"

"Papamu."

****

Adrian menuju pos satpam tempat dimana para orang tua sering menemui anaknya diluar jam besuk. Langkahnya mulai perlahan kala melihat punggung papanya. Dia tak percaya ini, orang yang tak sudi menjenguknya selama setahun belakangan ini, akhirnya menampakkan dirinya.

"Papa??" Adrian memanggil dengan ragu.

Papa adrian, Hanif menoleh mendengar suara putra semata wayangnya itu.

"Adrian." Hanif tersenyum menatap putranya. Putra yang telah dia hukum setahun belakangan ini.

"Papa." Adrian berlari, menghambur dalam pelukan papanya.

"Sehat kamu nak??" Hanif mencengkram kedua bahu adrian, menepuknya, memastikan anaknya tetap jadi anak yang kuat.

"Alhamdulillah, Adri sehat pa. Papa gimana kabarnya??"

"Alhamdulillah sehat."

"Papa kenapa tiba tiba jengukin Adri??" Adrian rupanya masih penasaran.

"Kamu gak suka??" Hanif balik bertanya.

"Suka, suka banget." Adrian tersenyum tulus.

"Anak papa sepertinya sudah besar ya." Hanif memulai topik utama pembicaraannya.

"Udah dong." Adrian terlihat senang dengan interaksi keduanya.

"Papa, kapan Adri boleh pulang??" Adrian mengemukakan keinginan terbesarnya.

"Kamu gak betah disini??"

Adrian diam, dulu dia tidak menyukai tempat ini, tapi itu berubah setelah bertemu Najmi. Adrian mulai mau menerima takdirnya dan berusaha melakukan yang terbaik agar jadi insan yang lebih baik.

Tapi kini semua kembali ke titik awal. Adrian tak bisa lagi mengarapkan cinta Najmi, perjuangannya telah usai sejak tadi siang. Kini saatnya dia pergi dan membiarkan Najmi bahagia dengan lelaki pilihannya.

"Adri rindu mama." Jawaban sendu adrian membuat Hanif menatap iba pada putranya.

Hanif menarik nafas panjang. Tujuannya untuk memarahi Adrian karena berani pacaran saat menimba ilmu lenyap begitu saja. Kini dia prihatin dengan anaknya.

Ada Aku Disini (Lengkap)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang