AAD #27 ✅

3.2K 110 0
                                    

╭──────────╮
𝑨𝒖𝒕𝒉𝒐𝒓'𝒔 𝑷𝑶𝑽
╰──────────╯

Pondok pesantren Baiturrahman
11 April 2018

Ustadz Syarif menunduk didepan kyai Kholil, pengasuh sekaligus pemilik pondok pesantren Baiturrahman kota Tengah.

"Nak Syarif." Sang kyai memanggil, namun Syarif masih menunduk, terlalu segan untuk menatap mata sang kyai.

"Njeh kyai." Suara Syarif bergetar, rasanya jantungnya tengah berdisko. Rasa takut menjalar, bagaimana jika dia benar benar akan dijodohkan dengan Nayla?? Seperti gosip yang telah beredar beberapa waktu yang lalu.

Ah,, rasanya serba salah. Menolak tak mampu menerima juga tak mau.

Suara kekehan pak kyai terdengar di telinga Syarif, akhirnya Syarif berani mendongak.

"Kenapa nak?? Kelihatannya takut."

Syarif tersenyum malu, ternyata sikapnya bisa terbaca dengan mudah oleh orang didepannya itu.

"Jangan takut Syarif, saya tak akan menjodohkanmu dengan Nayla." Seakan bisa membaca alur pikiran Syarif, tebakan pak kyai tepat sepenuhnya.

"Lantas apa tujuan njenengan memanggil saya kemari." Syarif bertanya pelan.

Pak kyai berdehem. "Saya dapat undangan perlombaan Tahfidzul Qur'an tingkat nasional."

"Apa njenengan ingin saya ikut??" Syarif menyela, karena terlalu penasaran.

Pak kyai tersenyum. "Lebih dari itu nak, saya ingin kamu menjadi juri disana."

Degh... Dunia Syarif seketika berputar, rasanya hatinya penuh dengan bunga bunga, namun seketika lenyap karena teringat apakah dia sudah cukup mampu mengemban tugas seberat itu.

"Apa saya mampu??" Syarif meminta pendapat kyai.

"Kalau kamu tidak dianggap mampu, tidak mungkin undangan ini mencantumkan namamu didalamnya." Pak kyai menyerahkan kertas undangan yang sejak tadi dipegangnya.

Syarif mengamati lekat lekat lembaran itu, memang benar namanya tercetak disana, dengan huruf besar dan tinta emas.

"Jangan terlalu merendah Syarif, bahkan dunia pun mengakui ilmumu, kenapa kamu sendiri tak mengakuinya??" Sebuah pujian yang tak mampu membuat Syarif terbang karenanya.

"Apa ini tidak terlalu berat pak kyai??" Syarif masih merasa tidak percaya diri.

"Mereka yang memilihmu, mereka juga yang merasa jika kamu pantas di posisi itu. Berangkatlah nak, siapa tau ini akan menjadi jembatan mu untuk mencari ilmu yang lebih tinggi lagi." Nasehat pak kyai diterima dengan baik oleh Syarif, namun sedetik kemudian Syarif kembali merasa bimbang.

"Maaf sebelumnya pak kyai, saya Ndak punya sangu." Syarif menunduk, lebih baik jujur daripada mendapatkan hal buruk dikemudian hari.

"Jangan risau kan masalah sepele seperti itu Syarif. Pihak mereka yang akan menanggung semua biaya transportasi dan makanan kamu selama berada di ibukota."

Syarif tersenyum, merasa lebih baik setelahnya.

"Siapkan diri kamu Syarif, mobil yang menjemputmu akan datang hari Jum'at nanti. Sekarang kamu boleh pergi." Pak kyai mempersilahkan Syarif pergi.

Perlahan Syarif mundur sampai batas pintu lalu berjalan menjauh. Dia tersenyum sambil membawa undangan di tangannya.

"Assalamualaikum Abang!" Seorang pemuda menyapa Syarif, Syarif berhenti sejenak menunggu pemuda itu menghampirinya.

Ada Aku Disini (Lengkap)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang