╭──────────╮
𝑨𝒖𝒕𝒉𝒐𝒓'𝒔 𝑷𝑶𝑽
╰──────────╯Rumah sakit kota tengah
2 Mei 2018Sofiyah memasuki ruangan dengan wajah yang terlihat lebih segar. Dibelakangnya turut masuk Reza dan juga Haryo.
"Makasih ya Najmi, udah dibantu jagain Munib." Sofiyah tersenyum pada Najmi. Najmi segera bangun dari kursinya, memberikan ruang kepada Sofiyah untuk duduk di singgasananya.
"Ih iya, kenalkan ini abangnya Munib namanya Reza." Sofiyah menunjuk Reza, Najmi memberikan senyuman tipis.
"Terus yang ini pakde Haryo, dia ayahnya Anggun." Najmi kembali melayangkan senyum tipis.
"Najmi mas, pakde." Najmi sedikit menunduk sambil memperkenalkan diri.
"Najmi ini temen pondok Anggun ya??" Haryo bertanya pada Najmi.
"Nggeh pakde."
"Masyaallah, Iki bocah ayu gak mau dijadiin mantu tah sof??" Haryo melirik Sofiyah.
Sofiyah terkekeh. "Terserah anak anak aja mas, orang tua mah mendoakan saja."
"Kalau mau diambil mantu nikahinnya nanti sama Munib aja, jangan sama Reza." Haryo melirik sinis pada Reza.
"Apa sih pakde, Reza gak minat sama bocil bocil ingusan kayak dia." Reza memandang remeh pada Najmi.
"Halah sok pilih pilih. Awas nanti jadi bujang lapuk." Haryo tertawa senang, sepertinya beliau punya dendam tersendiri terhadap Reza.
"Udah mas, kasihan Reza dari tadi diledekin terus." Sofiyah menegur Haryo.
Haryo masih terkekeh. "Eh iya, nak Najmi rumahnya dimana??" Tanya Haryo pada Najmi.
"Didekat pondok pesantren pakde, didepan pasar."
"Depan pasar?? Oalah,, kamu cucunya pak Tohar tho??" Tanya Haryo setelah mengingat sosok Najmi.
Najmi tersenyum. "Iya pakde, sampeyan kenal kakek saya??"
Haryo berdecak. "Gak usah ditanyakan tho kalau itu mah. Saya sama kakek kamu tuh udah kayak adek kakak. Bahasa Inggrisnya mah bespren." Haryo menautkan kedua jari telunjuknya.
Najmi tersenyum. "Beneran??"
"Beeh,, gak percaya??"
"Nih ya saya ceritain." Haryo kemudian duduk didekat Najmi.
"Mbahmu dulu itu jago silat, bisa ngobatin orang sakit, bisa ngobatin orang kesurupan. Kalau kata orang mah mbahmu itu orang pinter."
"Dulu saya sama beliau suka mancing bareng bareng. Kadang juga Ngobrol sampe pagi bahas janda." Haryo terkekeh, Najmi turut tertawa.
"Mbahmu itu orang baik, walau orang baru di desa Baiturrahman, semua orang pasti kenal sama beliau. Dia suka bantu orang yang kesusahan, ramah, kalau ketemu pasti selalu senyum." Haryo memandang atap, mengingat kembali masa masa dengan kakek Najmi.
"Oh iya, dimana beliau sekarang?? Pasti sekarang sudah tua sekali beliau." Haryo tertawa kecil.
"Gak ada yang tau dimana kakek."
"Astaghfirullah al adzim, beliau menghilang??" Tanya Haryo memastikan.
"Kurang tau juga pakde, bapak sudah cari kemana mana juga gak ketemu."
Haryo tersenyum simpul. "Semoga beliau selalu dalam lindungan Allah taala."
"Aamiin."
Najmi melirik jam di dinding. "Maaf menyela, Najmi mau izin ke mushola dulu. Udah waktunya sholat Dzuhur."
"Masyaallah, sudah cantik, Sholehah lagi." Haryo berdecak kagum.
"Lihat tuh Za, bocah ingusan aja inget sholat, masa kamu nggak sih??" Haryo lagi lagi melirik Reza.
"Apa sih pakde, dari tadi mulutnya usil terus sama aku." Reza menatap Haryo tak suka.
"Ya udah, hati hati ya nak." Haryo mempersilahkan Najmi pergi.
"Oh iya sebentar nak." Haryo merogoh kantongnya.
"Nih buat beli jajan, diterima ya." Haryo memberikan segulung uang pada Najmi.
"Untuk apa ini pakde??"
"Buat jajan."
"Ya Allah,, makasih pakde."
"Iya sama sama, udah sana ke Mushola, sholat yang khusyu, pakde titip salam sama Gusti Allah ya."
Najmi mengangguk kemudian pergi, Haryo kembali melirik Reza.
"Anak muda sekarang matanya ke hape terus, gak mau ngobrol sama orang tua." Haryo menyindir Reza lagi.
Reza memilih diam, membalas ucapan Haryo sama dengan memperpanjang masalah dan memperbanyak sindiran untuk Reza.
"Heh, anakmu tangannya gerak gerak." Haryo menunjuk tangan Munib.
"Alhamdulillah." Sofiyah langsung bangkit, bergegas keluar untuk memanggil suster.
"I...Bu." Munib mengedipkan matanya, berusaha menyelaraskan matanya dengan cahaya di dalam ruangan.
"Ini ibu Nak." Sofiyah menggenggam tangan Munib.
"Keadaan pasien sudah membaik Bu,untuk seterusnya tinggal menunggu masa penyembuhan." Ucap suster kemudian pergi.
"Gimana keadaannya nak??"
Munib tersenyum samar untuk mengatakan bahwa dia baik baik saja.
"Na..Najmi ma..na Bu??"
"Najmi???" Sofiyah mengerutkan keningnya.
"Emang Najmi kesini??" Tanya balik Sofiyah
Munib meringis, mungkin yang tadi didengarnya hanyalah mimpi semata.
"Aku sakit apa Bu??" Munib mencoba duduk walau kepalanya masih terasa diputar putar.
"Tipes, mungkin adek kelelahan."
Munib diam, yang dia pikirkan bukan tentang lelahnya, tapi omongan Najmi kemarin. Jangan jangan dia sakit karena ucapan Najmi?? Najmi kan orang yang agak spesial.
Kini Munib takut Najmi menyadarinya dan tau kalau kemarin dia membohonginya tentang kedatangan Syarif.
"Adek kenapa??" Sofiyah bertanya sebab Munib terlihat banyak fikiran.
"Gapapa Bu." Munib meringis. Benaknya kini harap harap cemas, semoga saja Najmi tidak menyadarinya dan tidak membencinya setelah ini
Semoga saja
****
🇦 🇩 🇦
🇦 🇰 🇺
🇩 🇮 🇸 🇮 🇳 🇮
ℕ𝕒𝕛𝕞𝕚'𝕤 𝕊𝕥𝕠𝕣𝕪 𝕀𝕀
KAMU SEDANG MEMBACA
Ada Aku Disini (Lengkap)
Teen Fiction#1 Islam dari 14,5 k cerita (12 September 2023) #1 pusaka dari 442 cerita (15 September 2023) #39 kenangan dari 11,3 K cerita (24 Oktober 2023) #2 agama dari 5,35 k cerita (18 Januari 2024) #9 Islam dari 14,7 k cerita (20 Januari 2024) Najmi's Story...