AAD #69 ✅

2.2K 71 0
                                    

╭──────────╮
𝑨𝒖𝒕𝒉𝒐𝒓'𝒔 𝑷𝑶𝑽
╰──────────╯

Desa Baiturrahman
7 Mei 2018

Sudah tiga hari Najmi mengurung dirinya di rumah. Hidupnya seperti berhenti di titik itu, tak ada lagi impian untuk kehidupannya yang selanjutnya, kembali terfikir ajakan Andra untuk pulang ke kampung yahida.

Munib pun tak ada bedanya, dia memilih berdiam di rumah karena masih takut dengan sadarnya Najmi tentang kebohongannya. Tapi disisi lain dia juga penasaran tentang hilangnya Lala setelah dia pergi bersama Najmi.

Lamunan Najmi buyar karena suara klakson mobil di halaman. Najmi berjalan perlahan, mengintip dari balik jendela. Sebuah mobil putih yang familiar sudah terparkir di halaman rumahnya. Najmi diam, berusaha mengingat mobil itu.

"Assalamualaikum." Fokusnya buyar, sebuah salam dengan ketukan pintu membuatnya sedikit berjingkat karena kaget.

"Wa'alikumsalam." Najmi bergegas merapikan diri, memakai jilbab seadanya karena kini dia sadar siapa yang tengah bertamu hari ini.

Habib Kahfi

*Ceklek* pintu terbuka

Najmi memasang senyum ramah , habib Kahfi terlihat sangat berkarisma dengan pakaian yang ia kenakan hari ini.

"Eh mas habib, silahkan duduk." Najmi menunjuk kursi teras dengan jempolnya, khas orang Jawa saat beramah-tamah.

"Terimakasih." Habib Kahfi tersenyum lalu duduk.

"Mau minum apa bib??"

"Kalau ada kopi, boleh."

Najmi mengangguk, teringat kopi sachet yang pernah di beli tapi berujung mangkrak Karena Munib tak suka kopi.

Tak lama Najmi keluar dengan nampan di tangannya, segelas kopi dan coklat hangat dan Beberapa toples kue kering turut bersanding. Siap menjamu sang tamu.

"Silahkan." Najmi meletakkan satu per satu bawaannya, lalu duduk di kursi yang lain.

"Terimakasih." Habib Kahfi tersenyum lalu meminum sedikit kopinya.

"Kebetulan lewat, jadi sekalian mampir kesini." Habib Kahfi menjelaskan tanpa diminta.

"Sendirian aja bib??" Tanya Najmi heran, pasalnya dia pernah memperingatkan habib Kahfi agar datang bersama orang lain saat berkunjung.

"Kebetulan memang sendiri, kalau Najmi mau menemani juga tak apa." Habib Kahfi tersenyum.

"Mari diminum." Habib Kahfi mengangkat gelasnya lalu kembali menyeruput kopinya.

"Kopi buatan Najmi enak sekali." Habib Kahfi memuji, Najmi meringis.

"Oh iya Najmi, saya ada sesuatu yang hendak disampaikan."

Najmi mulai tertarik. "Ada apa ya??"

"Kemarin saya membereskan ruangan ayah saya. Saya menemukan sebuah surat dengan nama Tohari di sisinya." Habib Kahfi merogoh kantong bajunya. Mengeluarkan kertas lusuh dari sana.

"Masih ada perekatnya, saya tidak berani buka karena itu bukan milik saya." Habib Kahfi meletakkan kertas itu di meja, Najmi mengambilnya lalu mengamatinya.

"Berhubung kamu adalah cucu sekaligus ahli waris beliau. Jadi saya serahkan surat ini sama kamu. Saya gak tau ini surat penting atau tidak, yang saya tau saya diharamkan membacanya."

Najmi mengangguk lalu tersenyum, takjub dengan tutur kata habib Kahfi. "Terimakasih mas."

Habib Kahfi mengangguk lalu hening sesaat, Najmi juga diam sambil meneliti tiap sisi surat itu tanpa berniat membukanya.

Ada Aku Disini (Lengkap)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang