AAD #52 ✅

2.4K 96 0
                                    

╭──────────╮
𝑳𝒂𝒍𝒂'𝒔 𝑷𝑶𝑽
╰──────────╯

Pusat kota tengah
29 April 2018

"Astaghfirullah al adzim,, panasnya." Keluh mas Munib setelah mendudukkan dirinya di kursi taman.

Aku menatapnya iba, merasa bersalah padanya. "Minum dulu mas." Aku memberikan sebotol air yang tadi kubeli.

"Makasih." Mas Munib tersenyum lalu meneguk airnya.

Aku ikut duduk disebelahnya, mataku menatap sekeliling. Beberapa orang juga tengah bersantai di taman ini. Beberapa lagi tengah bercanda dengan pasangannya. Ah,, aku kapan ya??

"Ya Allah capeknya." Suara mas Munib membuatku menoleh ke arahnya. Dia menyandarkan punggungnya ke kursi, mengusap peluhnya lalu mengibaskan tangannya didepan wajah untuk mengurangi rasa panas.

"Capek ya??"

Mas munib menatapku lalu tersenyum. "Lihat kamu, capeknya langsung ilang."

Ucapan mas Munib sontak membuatku tersipu, aku langsung memalingkan wajahku. Tak mau bertambah malu saat dia menyadari tingkah saltingku.

Aku memang bukan orang yang mudah terbujuk rayuan dari siapapun. Tapi untuk mas Munib, semua terasa berbeda. Apapun yang dia lakukan akan terlihat indah, lucu dan mengagumkan. Mungkin karena aku mencintainya.

"Abis ini kita mau kemana lagi??" Pertanyaan mas Munib menyudahi fikiranku.

"Bentar aku cek dulu." Aku mengeluarkan ponselku, membuka catatan yang telah kubuat setelah riset semalaman.

"Desa wigusari sudah." Aku memberikan centang pada nama desa itu.

"Desa Palembayan sudah."

"Yang belum aja la, yang udah mah gak usah."

"Oh,, oke oke. Jadi yang belum tinggal tiga desa lagi mas. Desa Darmasena, desa satyawirang sama desa karang Pucung." Aku menatap mas Munib setelah mengatakan ketiga desa itu. Tapi wajah mas Munib terlihat terkejut, entah apa yang dia pikirkan.

"Ini semua jauh gak sih mas??" Aku bertanya, memastikan seberapa jauh lagi jarak yang harus ditempuh.

"Lumayan jauh sih la, mungkin empat puluh sampai lima puluh menit kalau dari sini."

Penjelasan mas Munib membuatku terdiam, kasihan juga jika menyuruhnya menyetir untuk jarak sejauh itu.

"Kayaknya besok lagi aja deh mas, kasihan mas Munib pasti capek. Apalagi ini udah mau masuk waktu ashar."

"Sekarang aja la, kalau besok akunya gak bisa kayaknya."

"Kenapa??"

"Aku besok harus bantuin ibu kerja, kan aku udah ambil cuti dua hari."

Aku menunduk, merasa bersalah karena membuatnya jadi anak durhaka. "Maaf ya mas, Lala ngerepotin."

Mas Munib tersenyum. "Gapapa la, santai aja. Lagian aku gak ngerasa direpotkan kok."

"Tapi kan ini urusan pribadi Lala, bukan urusan mas Munib."

"Jangan ngomong gitu! Ini adalah urusan kita bersama! Nyariin ibu kamu, berarti nyariin ibu aku juga. Iya kan??" Mas Munib tersenyum menggodaku, membuatku lagi lagi merasa malu.

"Udah belum capeknya??" Tanya mas Munib sambil bangkit dari duduknya.

"Udah."

"Yuk, kita ke tujuan selanjutnya."

Aku mengangguk dengan semangat. Tunggu Lala Bu.

****

Desa Darmasena
28 April 2018

Ada Aku Disini (Lengkap)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang