AAD #39 ✅

2.7K 81 0
                                    

╭──────────╮
𝑨𝒖𝒕𝒉𝒐𝒓'𝒔 𝑷𝑶𝑽
╰──────────╯

Desa Baiturrahman
24 April 2018

Pagi hari Najmi sudah duduk manis di teras. Didekatnya sudah tersaji segelas coklat hangat dan juga cemilan. Bibirnya terus menyunggingkan senyum, seakan ada hal baik yang tengah ia nantikan.

Najmi melirik jam di ponselnya, pukul enam lewat dua puluh menit, itu berarti Najmi sudah dua puluh menit berada disini.

"Oke,, lima menit lagi pasti bang Syarif kesini." Najmi masih berusaha mempertahankan senyumnya.

Detik demi detik berlalu, coklat hangat Najmi sudah habis tak bersisa, tapi sosok yang ditunggu belum juga menampakkan dirinya.

Najmi menghela nafas panjang, dirinya sudah bangkit dari duduknya, hendak membereskan gelas dan juga piring yang sudah kosong. Namun matanya tak sengaja menangkap sosok wanita dengan kotak ditangannya.

"kak Anggi?? Mau ngapain dia??" Najmi tak berkedip karena terlalu penasaran.

"Mau ngapain dia bawa kado ke pondok pagi pagi begini?? Hmmm,, mencurigakan... Detektif Najmi harus cari tau!!" Najmi meletakkan kembali piring dan gelasnya, menutup pintu lalu bergegas membuntuti Anggi.

Mata Najmi menyipit, dia tengah fokus memperhatikan Anggi dari jauh. Dia melirik kanan dan kiri memastikan keadaan aman sebelum masuk lebih dalam lagi ke area asrama putra.

*Wush*

Najmi berlari cepat lalu bersembunyi dibalik sebuah semak pagar. Anggi berada tepat lima meter dari tempat persembunyiannya, dan dia yakin dia bisa mendengar semuanya dari sini.

"Assalamualaikum cowok cowok, rajin ih pagi pagi udah bebersih." Anggi menyapa para santri yang tengah menyapu halaman.

Para santri menatapnya sambil menaikkan sebelah alisnya, saling tatap satu sama lain seakan bertanya siapa sosok yang menyapa mereka pagi ini.

"Wa'alikumsalam." Salah satu menjawabnya ragu.

"Ustadz Anwar ada gak dek??" Anggi masih tersenyum sambil menggoyangkan badannya kekanan dan kekiri dengan kotak kado dalam dekapannya.

"Ada perlu apa ya nyari nyari ustadz Anwar??" Salah satu santri yang nampak lebih tua akhirnya ikut mendekat. Dia adalah Hasbi, teman ustadz Anwar.

"Aku mau ngasih ini sama dia." Anggi menunjukkan kado yang dia bawa.

Hasbi memandang rendah pada Anggi, terlihat guratan dendam di wajahnya. "Ustadz Anwar sedang sibuk." Ucap Hasbi datar.

Anggi nampak cemberut, dia lantas memandang santri lain. "Tolong panggilin sih dek, nanti kakak kasih duit." Anggi mengeluarkan selembar uang lima puluh ribu.

"Jangan ada yang bergerak!!" Hasbi tiba tiba menggertak, santri lain langsung diam. Karena mereka tau, Hasbi dan Ustadz Anwar adalah dua orang yang hampir setara.

Anggi menatap tajam pada Hasbi. "Udah gapapa dek, pergi aja. Emangnya dia ini siapa sampai kalian takut?? Sekarang kamu panggil ustadz Anwar, bilang aja dicariin calon istrinya." Anggi terlihat pede dengan ucapannya.

Hasbi menyunggingkan senyum miring lalu tertawa kecil, meremehkan Anggi.  "Calon istri?? Gak salah denger??" Tanya Hasbi sambil memegang telinganya.

"Kalian denger gak??" Hasbi bertanya pada santri dibelakangnya.

Para santri yang tadinya diam menahan tawa kini berani mengeluarkan tawanya.

"Ngaca dulu tante."

"Orang kayak gini jadi calon istri ustadz Anwar?? Gak salah??"

Ada Aku Disini (Lengkap)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang