Bagian Dua

64.3K 2K 33
                                    

"Samudra ayo nak bangun, sudah jam 6. mama sebentar lagi mau berangkat ke rumah sakit" ucap Natasya-Mamanya sembari menyibak tirai hingga matahari bisa masuk dengan bebas dan menerpa wajah tampan milik Samudra Genta Pradipta. bukan bangun cowok berjambul itu malah membelakangi sinar matahari yang sudah sejengkal tingginya kemudian memeluk gulingnya lebih erat lagi menandakan bahwa Samudra belum mau terpisah dengan benda ternyaman itu

Natasya belum juga menyerah, wanita berumur 40 tahun itu akhirnya menyibak selimut yang ada di tubuh Samudra. sangat sulit memang membangunkan anak laki-lakinya itu jika semalaman penuh Samudra menonton Piala Uefa bersama papa nya hingga dini hari

"nggak mau bangun lagi?" tanya suara bariton membuat Natasya menoleh dan mendapati suaminya yang sudah rapi dengan jas abu-abu dan kemeja merah bata berdiri tegak di ambang pintu. sibuk menatap istrinya yang sebenarnya sudah kelelahan untuk membangunkan anak semata wayang mereka

"anak mu kan? sudah mama bilang berkali-kali kalau Samudra mau menonton bola pagi hari, papa larang dong bukan malah di ajak, dikasih cemilan pula. udahlah mama mau ke rumah sakit, bangunkan anak kesayanganmu ini" ucap Natasya kemudian berlalu pergi meninggalkan Elang-suaminya yang masih bersandar di ambang pintu dengan tatapan ke arah putra semata wayangnya.

Natasya memang tipikal ibu yang tegas, galak dan perfeksionis. begitulah jika ada salah sedikit maka akan berceramah sepanjang lintasan kereta api, jika haus minum, jika lapar makan dan akan melanjutkan pidato nya nanti. tapi tetap wanita itu tetaplah penyayang keluarga kecilnya

"Dra ayo bangun. kalo kamu nggak bangun, papa nggak mau nolongin kamu waktu mama ngomel" ancam Elang. dalam hitungan detik Samudra sudah berlari ke kamar mandi yang berada di area kamarnya

sebetulnya mudah membangunkan Samudra, dengan sedikit ancaman dari papa nya maka cowok itu akan bangun tanpa paksaan seperti Natasya tadi. memang jika tidak ada papa nya, saat Natasya mengomel panjang lebar tidak akan ada yang menolongnya kecuali tiba-tiba ada telfon mendadak masuk ke dalam ponsel wanita itu

"papa mau antar mama mu dulu ke rumah sakit" ucap Elang setengah berteriak karena bunyi kran kamar mandi lebih keras dibanding suaranya

dalam jangka waktu kurang dari 15 menit Samudra sudah berdiri rapi dengan seragam yang melekat di tubuhnya. cowok itu memandang pantulan dirinya 'Perfect' batinnya

jam masih setengah 7 dan itu artinya Samudra masih memiliki waktu untuk sarapan, menonton tv, membantu mak ijah ke makkah. baginya jam setengah tujuh itu bagaikan seperti menunggu ribuan tahun untuk sampai tepat ke angka tujuh

                                ****

Caitlyn menikmati sarapannya dengan diam tanpa ada pembicaraan apapun, gadis itu memakan masakan bi Sulastri dengan khidmat, baginya tidak ada yang bisa menandingi rasa legendaris khas Jawa yang mampu membuat mulut berkata 'enak' jutaan kali atau bahkan milyaran kali. seharusnya bi Sulastri bisa membuka restoran nasi goreng, bukan menjadi pembantu seperti sekarang ini

"kakek mau berangkat sekarang?" tanya Caca saat melihat sang kakek-Prabowo Miller sudah rapi dengan jas berwarna cokelat yang membalut tubuhnya dan pria itu sudah bangkit dari posisi duduk bersiap untuk segera berangkat ke perusahaan yang tengah di pimpin nya saat ini

Caca tinggal hanya berdua dengan kakek nya selama di Indonesia, Ibu nya mengikuti Ayahnya yang mengurus bisnis di New York, tempat dimana Caca dilahirkan 17 tahun yang lalu. baginya tinggal bersama kakek sudah cukup menyenangkan. bukan berarti gadis itu tidak betah berlama-lama dengan orangtua nya. di dalam rumah sebesar ini Caca hanya di temani oleh beberapa pembantu yang tidak di hafal siapapun namanya oleh Caca, 4 sopir, puluhan bodyguard milik kakek, dan 4 satpam yang selalu berjaga di gerbang rumahnya.

Only YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang