Hujan turun dari langit pagi ini, suara gemuruh petir pun ikut bersahut-sahutan di atas sana. Caca dan juga Samudra sudah berada di pelataran parkir, tidak tau hendak memakai apa untuk keluar dan segera sampai ke kelas sebelum bel berbunyi, Samudra melupakan payung nya di rumah. yang jelas posisi mereka saat ini hanya diam dan memandang keluar kaca menatap derasnya hujan yang turun
tiba-tiba Samudra keluar dari mobil dengan membawa jaket sebagai pelindung kepala, membukakan pintu agar Caca bisa keluar. gadis yang paham kode itu pun lantas keluar dari mobil dan ikut berada di bawah jaket Samudra untuk melindungi dari derasnya hujan
"yah ta, lo jadi basah deh" ucap Caca saat dirinya sudah berada di lobby dan menyadari bahwa sedari tadi hanya dirinya lah yang ada dibawah jaket, sementara Samudra memegang jaket itu agar air hujan tidak sampai mengenai Caca
"udah gapapa, ntar juga kering. yang penting kan lo nggak kehujanan terus sakit" jawab Samudra seraya melipat jaketnya kemudian memasukkan ke dalam ransel berwarna hitam yang nangkring di punggung nya
"ya kan lo nya jadi kayak gini ta" ucap Caca
"udah nggak usah dibahas, yuk masuk kelas. gue juga ada ujian matematika jam pertama nanti" ucap Samudra. gadis itu pun menurut dan tidak protes mengenai apa yang terjadi dengan Samudra. ia hanya merasa bersalah atas kejadian ini, Caca berani bertaruh jika Samudra merasakan dingin di tubuhnya
"kamu ke kelas sendirian gapapa kan ca?" tanya Samudra. Caca pun mengangguk dan mereka berpisah di persimpangan, dimana Samudra naik ke lantai 2 dan Caca tetap lurus karena kelasnya berada di ujung koridor yang cukup ramai
gadis itu berjalan santai tanpa tergesa karena bel masuk akan berbunyi 10 menit lagi, dan itu waktu yang lama jika digunakan hanya untuk berjalan dan duduk di kelas. tiba-tiba sebuah tangan menariknya dengan keras. Caca menatap dengan malas
"lo kenal gue dong?" tanya gadis bernama Fransisca yang memiliki ciri: rambut ombre, badan tinggi seperti model. dan sudah
"kak Sisca kan, tau kok kak" jawab Caca. Fransisca adalah kakak tingkat tertinggi disini, yang berarti gadis itu kelas XII. lebih tepatnya adalah kelas XII IPA 5
"gue nggak ngerti ya, kenapa lo ninggalin adik gue demi Samudra yang nggak jelas itu? bukannya lo udah deket sama Rafa sejak awal? dan bukannya lo nolak dia karena lo bilang mau fokus sama kakek lo dulu? terus kenapa lo sekarang sama Samudra?" tanya Siska dengan mengajukan bertubi-tubi pertanyaan kepadanya seperti reporter yang sedang mengajukan tanya kepada narasumber nya. Caca terdiam tak bisa menjawab, tidak mungkin kan jika gadis itu menjawab 'dijodohkan keles'. yang ada Siska malah akan menertawakannya
"apa karena Samudra lebih kaya ketimbang Rafa dan lo merasa bahwa kasta lo setara sama dia? terus apa bedanya lo sama cewek matre?" pertanyaan Siska kali ini menohoknya, gadis itu beranggapan jika Caca adalah dirinya yang menomor satukan harta ketimbang perasaan.
"Kak Siska tidak tahu apa-apa tentang aku, tetapi kakak sampai pada menyimpulkan bahwa aku yang bersalah di sini. dan jangan terlalu ikut campur jika nggak tau apa-apa kak" tandas Caca berapi-api seraya menepis tangan Siska dari pergelangan tangan nya. ia tak mau lagi jika Siska terus menjatuhkan harga dirinya
disisi lain, Samudra yang tadinya ingin menemani Caca hingga ke kelasnya harus terhenti karena melihat pertikaian itu. cowok itu tersenyum tipis, Caca tau bagaimana cara menenangkan dirinya disaat orang lain ingin berusaha merendahkannya.
gadis itu tidak akan pernah membiarkan orang lain yang memiliki tendensi atau kesempatan untuk menginjak-injak apalagi menghancurkan harga dirinya. namun di saat yang bersamaan gadis itu bisa mengendalikan emosinya dan justru berbalik menyerang orang tersebut dengan kata-katanya
KAMU SEDANG MEMBACA
Only You
Teen FictionSiapa yang tidak mengenal Samudra Genta Pradipta? Cucu dari pemilik yayasan SMA Salvator, salah satu SMA elite daerah Jakarta. Hidup sempurna? Tentu, Samudra memiliki segalanya. Uang? Kekayaan? Orang tua yang begitu menyayanginya? Samudra memi...