Bagian Sembilan Puluh Tiga

13.4K 863 33
                                    

Samudra memencet bel rumah Caca sudah tiga kali banyaknya dengan tangan yang memegang sebuket bunga, sepaket cokelat, satu tas plastik martabak nutella dan boneka panda besar yang berada di pelukan cowok itu, tapi tidak ada seorang pun yang membuka pintu besar tersebut. Samudra yakin bahwa Caca sedang di atas ranjang, menangis lalu mengacak kamarnya. dan sebentar lagi akan ada Mbak Irma, Bi Siti, Bi Lastri, Mbak Lina atau pembantu-pembantu lainnya yang mengatakan bahwa Caca sudah tidur dan tidak ingin di ganggu.

tentu hal itu atas suruhan Caca sendiri karena sudah terlalu kecewa dengan apa yang dilakukan Samudra di belakangnya, berbohong dan gadis itu menganggap bahwa Samudra telah menghianatinya begitu dalam. 

Samudra yakin jika besok cowok itu kesini lagi pasti dengan sangat kesal Caca akan mengusirnya, melempar cincin pertunangan di jemarinya, lalu mencerca Samudra dengan semua kosakata yang dimiliki oleh gadis itu

sekali lagi Samudra berusaha memencet bel dengan harapan bahwa ada seseorang yang membawa kabar baik kepadanya.

pintu terbuka mengalihkan pandangan Samudra beralih ke araha gadis yang berdiri tegak dengan air muka yang biasa namun begitu datar. Caca lah yang membukakan pintu dengan pakaian yang sudah berganti ke piama, mengingat jika ini sudah jam setengah 10 malam

"Ca ka__"

"mau jelasin kan? masuk" suruh Caca sembari membuka pintunya lebar-lebar

Samudra masih mematung di tempatnya tidak percaya sama sekali, perkiraannya adalah Caca menyemprot dengan kata-kata kasarnya, lalu mengusir Samudra jauh-jauh dan meminta agar cowok itu tidak mendekat. tapi semua itu salah besar.

"heh masuk bego, katanya tadi mau jelasin" ketus Caca kemudian menyadarkan Samudra

cowok berjambul itu lantas masuk ke dalam rumah Caca dengan wajah yang tidak bisa lagi di tutupi rasa malunya.

Caca mendahului Samudra setelah menutup pintunya, gadis itu berjalan dengan tenang ke arah kolam renang yang berada di belakang rumah, tanpa berkata apa-apa atu mempersilahkan Samudra duduk, cowok itu sudah mengetahui sebagaimana tamu itu bersikap

"Ini buat kamu" ucap Samudra dengan menyerahkan semua barang-barang bawaan yang di belinya tadi sebelum kesini, cowok itu paham bagaimana harusnya meminta maaf dan bagaimana perlunya memberi penjelasan

"thanks you" ucap Caca dengan mata berbinar melihat banyak cokelat dari Samudra

"Ca maaf semilyar maaf aku nggak cerita soal perjanjian aku sama Elena, aku ada perjanjian sama dia, dia ngajarin aku grafity dan dengan imbalannya dia ngajak aku diner dengan syarat romantis dan ada buket bunga. maaf ca maaf banget aku nggak cerita, aku takut kamu marah seperti tadi. tapi ketakutan aku malah jadi kenyataannya. aku nggak maksud buat berkhianat atau berbohong seperti yang kamu fikirkan. maaf banget ca, kamu tau kan secinta apa dan sesayang apa aku sama kamu, sangat mustahil buat aku berkhianat dengan begitu mudahnya. maaf ca" ucap Samudra mengakhiri kalimatnya

cowok itu merasa sangat bersalah terhadap Caca, andai bisa kata maaf di tukar dengan apapun yang gadis itu inginkan, maka dengan cepat Samudra akan menurutinya tanpa bertanya atau berkata-kata lagi. untuk saat ini, Samudra sudah banyak bersyukur karena Caca tidak bersikap egois dan membiarkan cowok itu untuk menjelaskan apa yang sedang terjadi. bahkan dalam dugaan dan fikirannya bahwa Caca akan mengusirnya sangat meleset jauh. yang dikira mata Caca sudah sembab malah baik-baik saja

"emang aku mikir kamu berkhianat?" tanya Caca sembari memutar tubuhnya menghadap ke arah kiri dimana Samudra duduk

"Ca"

"iya?" 

"maaf ya"

"Iya"

"ca beneran aku minta maaf"

Only YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang