Bagian Tigapuluh

20.2K 915 7
                                    

Sejak keberangkatan dari hotel Caca sudah tidur dengan menyandar ke bahu Samudra. cowok itu pun sesekali tersenyum hanya karena melihat Caca yang menggeliat atau berganti ke posisi yang lebih nyaman. bus yang mereka tumpangi kali ini sudah tertata rapi di pelataran parkir Candi Prambanan.

sementara yang lain sudah meninggalkan bus nya masing-masing, justru Samudra masih duduk di tempatnya menunggu Caca untuk bangun. cowok itu tidak tega jika harus membangunkan Caca sementara gadis itu masih terlelap di mimpinya

"kalian lagi kalian lagi, kenapa nggak turun? semuanya sudah antri tiket" gertak pak Herdi saat menyadari masih ada 2 anak didiknya yang masih berada di dalam bus

"yaelah pak, saya kan nggak tega bangunin Caca yang tidurnya pules kayak gini" jawab Samudra santai seolah dirinya tidak bersalah apa-apa

"oh gitu? nanti karya tulis kamu, tulisannya tujuan kedua adalah di bus menemani Cetlin tidur karena tidak tega membangunkan? begitu?" tanya pak Herdi dengan kesal

"rencananya sih gitu pak. bapak kok tau ya sama rencana saya, bapak pasti cenayang" ucap Samudra asal kemudian terkekeh sendiri mendengar penuturannya yang tergolong aneh

Caca yang merasakan tempatnya bersandar bergetar pun akhirnya terbangun, menguap kemudian mengucek matanya agar rasa kantuk yang bersarang akan berangsur hilang. gadis itu menoleh ke kanan tepat di jendela, Caca melihat banyak bus yang sudah terparkir dengan rapi dengan artian bahwa mereka telah sampai kemudian ia menoleh ke arah kanan dan menyaksikan perdebatan sengit antara Samudra dan pak Herdi

"nah itu Cetlin nya udah bangun, ayo cetlin cepat keluar. tertinggal itu sama teman-teman kamu, lihat ini Samudra. bapak suruh turun katanya kasihan sama kamu" jelas pak Herdi.

"iya pak saya susul mereka. jewer aja ini anak" ucap Caca kemudian berlalu pergi dengan mata melotot ke arah Samudra

"pak saya duluan" ucap Samudra kemudian menyusul Caca yang sudah berlarian kecil ke tempat pengantrian tiket dimana masih ada bu Yuni sebagai pembimbingnya yang masih menunggu kedatangan 2 anak yang belum datang

setelah meminta maaf atas keterlambatannya, Bu Yuni pun menyuruh Samudra dan Caca yang baru datang untuk segera masuk ke lokasi candi. Caca merutuki kebodohan Samudra yang nyaris membuatnya kehilangan momen penting disini. sangat tidak baik jika karya tulisnya nanti akan tercoreng dengan tulisan 'saat teman-teman di Prambanan saya tidur' itu sama saja dengan mencari nilai C secara cuma-cuma

"yee ini anak di tungguin malah ninggalin" ucap Samudra saat langkahnya sudah berjajar dengan Caca yang mulai menaiki satu persatu tangga agar sampai di pelataran Candi

"yee situ sih bego, pake acara nggak bangunin segala" ketus Caca karena kekesalannya belum mereda sama sekali

"kasihan kamu ca, kamu tidur nya pules banget abisnya. mana tega aku bangunin kamu" jawab Samudra dengan mulut yang menguap berhadiah tabokan khusus dari Caca kemudian gadis itu terekekeh sendiri melihat adanya kegagalan uapan dari mulut Samudra

"tumbenan punya belas kasih. mending keluarin kamera, terus fotoin aku. tapi aku gayanya kayak candid aja" suruh Caca yang langsung dituruti oleh Samudra dengan mengeluarkan kamera dari ransel hitam yang ia gendong. cowok itu mengeluarkan kamera canon miliknya dan mencari angle yang pas. 4 kali jepretan dan langsung di tunjukkan kepada Caca yang sedang asik dengan syal motif bunga yang tergantung di lehernya

"bagus, makin pinter moto juga" puji Caca dengan tersenyum manis. gadis itu pun meneruskan berjalan berdampingan bersama Samudra, cowok itu masih sibuk melihat beberapa foto hasil dari jepretannya tanpa melihat jalan, hanya dengan bantuan Caca makaSamudra bisa mengerti arah

Only YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang