Bagian Tiga

35.2K 1.6K 12
                                    

Seusai menyelesaikan acara makan nya di kantin, tidak ada seorang pun yang tidak menatap Caca, tentu hal itu tidak luput dari adegan penyiraman jasmani pada seorang Samudra yang sedang dalam menyandang status the one of most wanted. tapi Caca peduli apa? cowok itu tidak bisa menghargai orang lain, untuk apa Caca juga menghargainya? biar cowok semacam itu mendapatkan pelajaran yang setimpal dengan kelancangan nya

"ca lo tadi itu bener-bener gila tau nggak, gue nggak tau bakal ada nsib buruk apa yang menimpa lo setelah lo menyiram cucu pemilik yayasan disini" ucap Fina-sahabatnya yang mencemaskan keadaan Caca. gadis dengan senyum simpul, alis hitam, bulu mata lentik dan tentu cantik.

Fina benar-benar mengkhawatirkan kelanjutan hidup Caca di sekolah ini. tidak ada seorang pun yang berani berbuat demikian pada Samudra kecuali gadis ceroboh seperti Caca

"terus kalo dia cucu pemilik yayasan kenapa? gue bakal di keluarin gitu? ya biarin aja, lagi pula nggak mungkin kan kalo sekolah mengeluarkan berlian hanya karena sandungan batu kali kayak si Samudra itu? dikeluarkan? Nggak masalah, otak gue masih bisa di pakai di sekolah lain" ucap Caca yang tak mau mengambil pusing masalah ini. untuk apa dia takut pada Samudra jika manusia itu saja makannya juga nasi bukan batu apalagi beling. yang ia takutkan hanya Allah, kakek dan orang tuanya

"ca gimana kalo lo di blacklist sama dia? astaga gue nggak bayangin kalo Samudra udah gunain kekuasaan Pradipta buat blacklist lo di semua sekolah" kali ini Putri yang berucap. gadis tulalit dengan pamor yang tidak perlu dipertanyakan, bukan pamor karena dia salah satu primadona sekolah yang menyaingi Caca, bukan. tapi karena otak dan kecerdasan yang dimiliki oleh gadis itu nyaris dikatakan sempurna.

"gampang, gue pindah ke NY. lagi pula mama sama papa gue nggak mungkin membiarkan gue luntang-lantung di rumah, nggak sekolah. harapan mereka cuma gue, anak tunggal" jawab Caca dengan enteng seolah nama Pradipta bukanlah halangan nya untuk terus bisa melanjutkan hidup sebagaimana orang normal biasa melakukan kegiatan mereka.

"gue saranin lo minta maaf sama dia deh ca" saran Putri. Caca menatap sahabat nya yang satu itu dengan aneh

"Ogah put. jangan harap gue merendahkan harga diri buat cowok songong kayak dia" jawab Caca. gadis itu kemudian langsung menduduki bangku nya yang bersebelahan dengan Putri, Caca langsung membaca novel bersampul abu-abu pertanda bahwa dia tidak lagi mau diganggu dengan pembahasan apapun kali ini

"awas kemakan omongan sendiri, ntar lo suka lagi sama dia" sahut Fina kemudian tertawa renyah. perkataan itu tak di gubris oleh Caca, jika ditanggapi yang ada Fina malah merentet kemana-mana dengan segala perimajinasian di kepalanya yang di keluarkan dengan bruntal dan berakhir Caca yang kesal. itu pengalaman, bukan curhat.

mungkin matanya berada dalam konsentrasi penuh di dalam novel, tapi fikirannya sudah berhamburan kemana-mana, jika sampai benar Samudra akan menggunakan nama Pradipta untuk mem-blacklist nya dari seluruh sekolah dan memaksakan Caca untuk pindah ke New York mengikuti kedua orang tuanya, lantas sang kakek bersama siapa lagi di Indonesia? sedangkan cucu satu-satunya adalah Caca setelah kepergian saudara kembar nya Carissa Chrisfa Varoline Miller.

jika untuk meminta maaf yang ada cowok itu akan besar kepala dan memperlakukan orang lain seenaknya lagi, merasa bahwa dirinya yang paling besar dan yang paling berkuasa. mungkin Samudra tidak akan menginjak-injaknya saja, tapi menginjak-injak orang lain juga.

                                ****

Lagu Avenged Sevenfold berjudul so far away yang di setel melalui sound system hingga menimbulkan suara menggema di seluruh inci kamar atau mungkin di seluruh area rumah. tidak ada orang tua yang akan melarangnya, mereka sibuk bekerja dengan bidangnya masing-masing

Samudra hanya anteng-anteng saja dengan tangan yang sibuk memainkan hp miring nya, permainan Mobile Legends yang sedang digandrungi banyak anak muda jaman sekarang, tak terkecuali cowok itu. berkat kecerdasan nya di bidang game membuat Samudra 5 tingkat di atas sahabat-sahabatnya yang lain, team nya dalam mobile legends pun adalah team pro bukan team noob yang sudah menduduki kelas mytic.

"Samudraaaa" teriak Mamanya yang baru datang membuka pintu kamar putra nya dan menenteng tas berwarna hitam senada dengan kemeja yang di pakai wanita itu. Samudra melupakan satu hal, jika Natasya ke rumah sakit jam 6 maka wanita itu akan pulang jam 2 atau jika telat maka jam 3 seperti ini

"e e eh iya ma" jawab Samudra setelah mengeluarkan game yang sedang ia mainkan. peduli apa dengan posisinya yang sedang ranked, ibu negara akan marah jika putra nya tidak menggubris dan memilih ponsel ketimbang wanita itu. ingat:  'wanita selalu benar'. maka hal itu akan berdampak pada jatah bulanan nya. lebih baik kehilangan tingkatan mytic ketimbang kehilangan uang bulanan.

Samudra langsung mematikan sound system dengan mencabut langsung colokan nya, bukan mematikan secara manual. jangankan Samudra, papa nya saja bisa kewalahan jika menghadapi mama nya yang saat ngomel dari pagi hingga bertemu pagi lagi

"kalau mau putar musik itu pelan aja nak, suaranya itu kedengeran sampe garasi. apa mau mama sita sound system kamu biar nggak bisa dengerin musik lagi? kamu mau? tetangga bisa terganggu, kalau yang kamu putar itu lagu 90-an mungkin mereka akan suka, tapi ini musik sekarang yang nada nya nggak jelas, suara sama gitar saingan" ucap Natasya dengan tatapan tajam menghunus. Samudra hanya berharap jika papa nya pulang dengan tiba-tiba karena ada firasat buruk pada anaknya atau setidaknya ada telepon masuk ke dalam ponsel milik mama nya, hanya dengan 2 hal itu Samudra bisa terbebas dari siraman rohani Natasya yang akan sampai seharian penuh

"iya ma" jawab Samudra dengan memasang wajah pura-pura menyesal meskipun keyataan nya tidak sama sekali terbesit adanya penyesalan. jangankan terbesit, terlintas saja sepertinya tidak.

"kamu ini iya iya aja, besok juga di ulang lagi. mama hafal sama kamu dra, awas ya sekali lagi kamu putar lagu keras-keras kayak tadi. mama jual sound system kamu, nggak bakal mama beliin lagi, biar dengerin lagu lewat hp" omel Natasya lagi. Samudra menghembuskan nafas sepanjang mungkin agar mama nya paham kode bahwa anak laki-lakinya yang paling tampan ini sudah lelah mendengar hal yang itu itu saja. tapi kenyataannya Natasya sama sekali tidak pandai memahami apa itu kode

"Itu lagi kenapa kaset-kaset berserakan dibawah?" tanya Natasya saat mata wanita itu menangkap koleksi kaset dari berbagai penyanyi Indonesia dan Luar negeri berada di karpet bulu berwarna abu-abu. Samudra memang selalu seperti itu, setelah selesai memilih lagu maka kaset-kaset koleksinya dibiarkan berada di lantai

"Iya ma, Samudra rapiin nih" ucap Samudra sembari memasukkan kaset berbagai warna itu ke dalam keranjang yang tersedia di bawah rak tv

"Samudra"

"Iya mama yang cantik tiada duanya"

"Rambutnya besok di cat hitam lagi. mama capek di tegur sama kepala sekolah terus" ucap Natasya setengah kesal. pasalnya pagi tadi wanita itu sudah mendapatkan teguran dari kepala sekolah perihal penampilan rambut Samudra yang berwarna-warni seperti pelangi. dan ketika Samudra yang ditegur, pasti cowok itu selalu menggunakan nama kakeknya demi kepentingan pribadinya

"Yaudah tinggal mama tegur balik, bilang aja itu sekolah yayasan Pradipta bukan yayasannya si kepsek itu" jawab Samudra asal. tidak hanya sekali atau dua kali cowok itu di tegur. tapi setiap Samudra mewarnai jambulnya, maka seolah pihak sekolah selalu risih seperti itu

"Samudra" tegas Natasya yang sudah kehabisan cara berbicara dengan putranya

Sementara Natasya yang berbicara panjang-panjang, Samudra memutar otaknya puluhan kali, mencari alasan agar terbebas dari omelan mama nya hingga satu ide terlintas di fikirannya

"astaga Samudra lupa ma, Samudra belum makan siang. Samudra makan siang ya ma. mama jangan lupa makan siang" ucap Samudra kemudian berlalu melewati mamanya yang hendak berkata-kata lagi

setidaknya cowok itu bisa menghindar dari omelan mama nya yang akan terus bertambah jika Samudra hanya pasrah mendengar sementara tidak ada pertolongan baik dari papa nya atau pertolongan dari telpon masuk milik Natasya. meskipun sebenarnya Samudra sudah makan sejak sampainya ia di rumah sepulang sekolah tadi, beralibi sedikit demi kebaikan tidak akan berdampak besar pada hidupnya

dan Samudra berharap semoga Natasya tidak menyusulnya ke meja makan dan melanjutkan acara mengomelnya lagi, ibu yang perfeksionis dan tegas tapi itu yang terbaik untuk keluarga kecilnya.

Only YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang