Dengan gerakan yang begitu berat mata Elena terbuka yang beriringan dengan munculnya pening yang sangat keras. gadis itu mengedarkan pandangan, jelas ini bukan kamar apalagi rumahnya, kamar yang terlalu besar untuk ukuran gadis seperti Elena, rumahnya saja berukuran sama dengan kamar berwarna dominasi merah jambu ini
gadis itu ingat betul bahwa semalam ia masih berada di meja bertender dengan sebotol vodka absolut yang di belinya tidak dengan harga murah yang bisa membuat gadis itu benar-benar mabuk dan nyaris kehilangan kesadarannya
beberapa rekaman memori ingatannya bermunculan hadir memenuhi isi kepala gadis itu
*Flashback on*
Berhubung ini malam minggu, maka club malam benar-benar ramai, Elena yang sudah terduduk di depan meja bar dengan sebotol vodka absolut yang di sajikan oleh bertender bernama Alvonso yang sudah dikenal lama oleh Elena sejak gadis itu berusia SMP
karena hari ini Elena mendapat sift siang, maka malamnya Elena bisa mengunjungi tempat yang sudah lama tidak ia kunjungi beberapa bulan ini. Elena memang menghemat uangnya mati-matian, tapi hari ini telpon dari rumah sakit tempat Mama nya di rawat cukup membuat Elena tegang dan fikirannya berhamburan kemana-mana, Mama nya melakukan percobaan bunuh diri dan beruntungnya ada suster yang melihatnya.
bagi Elena tidak ada tepat lain yang bisa menenangkannya selain disini, mendengarkan hingar bingar keramaian selain di jalan raya.
Elena mengecek jam yang berada di pergelangan tangannya, sudah jam 9 lebih dan kepalanya sudah pusing seperti di timpuk oleh ribuan palu, botol berisi cairan bening di hadapannya pun sudah hampir habis
"Al gue balik" ucap Elena dengan memegangi kepalanya yang begitu pening
"El, lo nggak mau disini dulu? lo mabuk berat kayak gitu, yakin bisa pulang? nggak nunggu subuh aja nanti gue anter" cegah Alvonso yang merasa iba dengan apa yang sedang di alami oleh Elena, mau sebagaimana pun juga sebenarnya gadis berambut sebahu itu cukup baik yang berubah menjadi gadis ugal-ugalan seperti ini, entah karena apa yang jelas Elena tertutup untuk bercerita, tapi sangat di sayangkan, gadis berusia 16 tahun sudah harus mengenal tempat sekeras ini
"No, thanks" Elena berjalan gonta dengan menenteng tas berwarna putih. gadis cantik yang berpakaian sangat terbuka pasti memancing laki-laki yang melihatnya, Alvonso hanya berdecak menanggapi Elena yang keukuh dengan pendiriannya untuk pulang sendiri dengan kondisi mabuk berat seperti itu
Elena berjalan susah payah untuk mencari jalan keluar dari tempat yang baginya penuh dengan keterkutukanm, namun sebuah tangan lebih dulu menghadangnya
"lepasin" Elena berusaha menepis kasar tangan itu namun gagal karena memang seorang pria akan lebih kuat dari perempuan, itu sudah menjadi hukum alam yang tidak bisa di ganggu gugat
Elena menatap wajah itu, wajah asing yang tidak pernah dilihatnya, laki-laki yang berumur sekirar 10 tahun di atasnya. Elena memandangi dari kaki hingga kepala, di leher laki-laki itu tergantung kartu nama yang membunyikan bahwa pria berseragam itu bekerja di salah satu perusahaan konsultan marketing.
laki-laki bernama Nino itu mendekat ke arah Elena hingga punggung gadis itu terbentur dengan kerasnya dinding, menyisakan satu jengkal jarak mereka. Elena yakin bahwa Nino saat ini sedang dalam kondisi mabuk, sama sepertinya. tapi sangat tidak baik untuk datang ke tempat seperti ini dengan pakaian kantor, apalagi membawa nama perusahaan sama seperti kartu nama yang tergantung itu
Elena menyembunyikan bibirnya lalu mendorong keras tubuh Nino hingga laki-laki itu terkapar di kerasnya lantai. semua orang yang berada disini sama sekali tidak akan menghiraukan apa yang akan terjadi, karena bagi pengunjung disini, hal seperti ini sudah sangat lazim.
KAMU SEDANG MEMBACA
Only You
Teen FictionSiapa yang tidak mengenal Samudra Genta Pradipta? Cucu dari pemilik yayasan SMA Salvator, salah satu SMA elite daerah Jakarta. Hidup sempurna? Tentu, Samudra memiliki segalanya. Uang? Kekayaan? Orang tua yang begitu menyayanginya? Samudra memi...