Bagian Sembilan Puluh Empat

14.5K 862 53
                                    

Berbicara dengan Mas Iko, berdua dengan Mas Iko di jok belakang dan semuanya serba bersama dengan Mas Iko. kecuali saat sekolah seperti ini maka hanya Caca sendiri, bukan bersama Mas Iko atau bodyguard nya yang lain

Caca mengantri di finger print, sementara Samudra yang baru datang mengantri agak jauh di belakang gadis itu. Caca tersenyum tipis, jika biasanya Samudra akan cablak di sisinya, kali ini cowok itu diam, memainkan ponsel miringnya sembari menunggu antrian nya tiba

"biasain ca" gumam gadis itu kemudian berjalan maju, menempelkan ibu jarinya ke alat pendeteksi sidik jari

Dengan langkah biasa Caca langsung berjalan setelah selesai absen pagi, gadis itu menaiki satu persatu tangga tanpa absen dari pandangan Samudra dari radius 12 meter, rindu mungkin kata yang tepat, jika biasanya cowok itu mendengar setiap cibiran Caca, hari ini Samudra harus membiasakan diri untuk sendiri atau paling tidak mendengar guyonan Kelvin

Caca mengecek ponselnya yang nampak kosong, gadis itu benar-benar merasa kosong jika Samudra tidak sedang berada di sampingnya. karena terlalu asik melihat notifikasi instagram yang masuk, Caca sampai tidak menyadari ada kaki terulur yang menghadang jalannya, gadis bermata hazel itu tersungkur di kerasnya ubin lantai 2

"makanya kalo jalan pake mata" ucap Elena dengan mengulurkan tangannya tapi tidak di terima oleh Caca, gadis itu lebih memilih untuk bangkit sendiri lalu menatap Elena seperti biasa

"iya gue salah" ucap Caca sembari berlalu pergi tapi di tahan oleh Elena

"tunggu dong. gimana? makanya jago-jago bikin nyaman kak Samudra biar dia nggak berpaling dan nggak ngelakuin kencan gelap kayak kemarin. untung gue, coba kalo cewek lain, mereka pasti diem aja"

"oh gitu? makasih ya el"

"Iya sama-sama. tau sendiri kan siapa yang ratu dan siapa yang jadi pion nya sekarang"

Caca tersenyum miris, seandainya Elena tidak memiliki kisah yang kelam, maka Caca tidak akan pernah sungkan untuk memaki atau mengucapkan kata-kata kasarnya

"mending putusin aja daripada nyesel belakangan" sambung Elena setelah itu

"Iya makasih sarannya"

"ya sama-sama. gue mau balik ke kelas deh" pamit Elena kemudian berlalu pergi dengan senyum kemenangan di wajahnya. gadis itu merasa bahwa usahanya sudah memasuki tahap 80 persen dan hanya tinggal menunggu tali hubungan mereka terputus dan akan mencapai 100 persen

Caca menatap punggung itu dengan iba, punggung yang selalu mengharapkan Samudra berbalik padanya, tanpa pernah cowok itu mau untuk sekedar memiliki, harusnya Elena paham, bahwa berharap dengan sesuatu yang tidak bisa dimiliki adalah hal yang sangat menyakitkan setelah tertancapnya pisau di jantung

"Ca" panggil Putri yang baru saja membuang bekas rautan pensil di tempat sampah dan mendapati Caca yang sedang melamun menatap tangga yang kosong

"e eh iya put" Caca terperanjat dengan panggilan Putri yang tergolong tiba-tiba

"ngelihat apaan? jangan nakutin deh"

"Enggak"

"jangan bilang ada indra keenam"

"Enggak juga"

"yaudah ayo masuk"

Caca mengekor di belakang Putri yang sudah lebih dulu memasuki ruang kelasnya, dimana semua siswi nya sedang sibuk ngerumpi di pojokan kelas atau bersama dengan geng-gengnya masing-masing.

                                 ****

"serius lo put?" tanya Fina dengan nada tak percaya

Only YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang