Seusai pulang sekolah dengan matahari yang sedang terik-teriknya, Samudra dan Caca beriringan masuk ke dalam salah satu cafe yang berada di pinggiran kota, cafe dengan gaya vintage mewah dengan interior klasik namun terlihat berkelas
Caca memilih duduk di salah satu kursi yang berada di dekat kasir, dengan alasan agar makanan nya cepat sampai. siang ini cafe benar-benar terlihat sepi dan renggang, hanya diisi oleh 2 orang yang berada di pojok ruangan dengan ponsel di tangan mereka masing-masing, dan sudah bisa dipastikan jike mereka sedang menikmati wifi yang di sediakan oleh pihak cafe
"yah.. ketemu sama cewek ini lagi" gerutu seorang gadis yang langsung mengalihkan perhatian Samudra dan Caca. Elena berdiri dengan baju khas pelayan disini, sepertinya gadis itu memang sedang bekerja
"kenapa? nggak pernah lihatin cewek cantik?" tanya Elena dengan ketus "buruan pilih menu" sambung gadis itu
"Chicken fingers 1 sama banana smoothie 1. kamu apa?" tanya Caca yang ditujukan kepada Samudra
"samain aja" jawab Samudra
Elena dengan malas mencatat pesanan itu, ingin menambahkan racun di makanan Caca tapi takut terkena skandal percobaan pembunuhan. yang ada malah Elena terkenal karena telah mengikuti trend kopi sianida, tapi ini bedanya chicken fingers ber racun
"baik, silahkan di tunggu pesanan dan bill nya" ucap Elena dengan nada lesu malasnya kemudian berlalu pergi. siapa yang tidak malas ketika melihat hal seperti itu
"cewek kamu tuh" ucap Caca saat Elena sudah jauh dari jangkauan mereka
"ucapan adalah doa loh"
"kan aku cuma bilang cewek, kamu kali yang ngiranya pacar" sinis Caca
"pengen ribut?"
"ya enggak"
"ya terus?"
"apaaan sih ta, udah deh jangan bawel"
"Tunggu, sensi banget bau-bau mau dapet nih"
"yaudah sih biarin aja"
"bakal jadi sasaran singa"
"ngomong apa?" Caca menajamkan pendengarannya kali ini, berharap jika apa yang di dengarnya barusan adalah salah
"kamu cantik siang ini"
"bukan bukan, bukan itu"
"emang itu"
"nggak, aku masih sejuta persen normal. kamu bilang aku singa?"
"tuhkan budek"
"ngatain lagi"
"ma__"
"boleh gabung kan ya?" Elena tiba-tiba datang dengan wajah sok polosnya dengan memotong ucapan Samudra. benar-benar tidak sopan
"gak" jawab Samudra dengan cepat
Hubungan yang sudah membaik, akan lebih baik jika tidak di campuri dengan orang lain, di campur tangani oleh pihak ketiga
"mending lo kerja sana daripada disini, jangan makan gaji buta. haram" sambung Samudra kemudian. Elena mencebik menatap cowok berbulu mata lentik di hadapannya
"suka suka gue dong, cafe juga lagi sepi dan di belakang gue nggak ada apa-apa yang perlu di kerjain" bela Elena seraya menaruh topi berwarna hitam di meja, gadis itu menatap Caca dan Samudra dengan bergantian
"suka-suka lo ya? gue bilangin sama manager cafe ini dan gue bilang kalo pelayanan lo menyebalkan. apa mungkin manager disini nggak merinding denger nama gue? apa mungkin manager disini bakal diam di tempat dengan perlakuan buruk lo ke pelanggan dan membiarkan lo terus bekerja?" Ancam Samudra bertubi-tubi. gadis berkaos pollo itu meremas topi nya kemudian beranjak pergi dari meja nomor 23 itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Only You
Roman pour AdolescentsSiapa yang tidak mengenal Samudra Genta Pradipta? Cucu dari pemilik yayasan SMA Salvator, salah satu SMA elite daerah Jakarta. Hidup sempurna? Tentu, Samudra memiliki segalanya. Uang? Kekayaan? Orang tua yang begitu menyayanginya? Samudra memi...