Bagian Delapan Puluh

12.3K 757 23
                                    

Antrian panjang pagi ini tepat di depan lobi, semua siswa berbaris untuk absen menggunakan finger print yang berada di sisi kiri pintu masuk kaca. tidak ada habisnya Samudra menguap, ingin sekali cowok itu mendorong semua orang yang mengantri di depannya, andai tidak ada Caca yang sedang menggenggam lengan Samudra

sudah 5 menit lamanya cowok itu berdiri disini hanya sebuah sidik jari, lagipula untuk apa kakek nya memberi fasilitas seperti ini jika semua murid disini kenyataannya tidak suka membolos.

"berasa setahun tau nggak rasanya antri kayak gitu, antri di pom 4 motor 1 mobil aja kalah lamanya" gerutu Samudra setelah cowok itu berhasil absen pagi hari ini

"lebay" cibir Caca

"aku bikinin sepuluh besok biar nggak perlu antri kayak mau nonton naruto berantem sama Ashoka" 

"emang ada Ashoka berantem sama Naruto? kenapa nggak sekalian Avatar?"

"ya enggak"  ucap Samudra kemudian mendorong tubuh Caca dengan tangan yang berada di bahu gadis itu, mendorongnya ke loker

Caca tidak lagi menanggapi ucapan Samudra, gadis itu sibuk menukar buku-buku nya, mengambil spidol merah yang sudah habis dan membuang spidol yang kosong ke tempat sampah terdekat, melepas memo yang sudah kadaluarsa dan menggantinya dengan yang baru, menatap Samudra sekilas lalu menyeret tangan cowok itu dengan keras

"mau di anter ke kelas nggak?" tanya Samudra sembari merapikan ikatan rambut Caca yang sudah kedondoran. dan hal itu sukses menjadi perhatian umum, menjadi objek foto yang akan dijadikan wallpaper oleh fans Samudra

"nggak usah. kamu belajar yang rajin, jangan main hp mulu. dadah sayang" ucap Caca kemudian berlalu pergi menaiki tangga yang menghubungkan dengan kelas deretan IPA

biarkan menjadi tontonan umum, mau bagaimana pun mereka juga tau jika Samudra adalah milik Caca, begitu pun sebaliknya.

dengan meletakkan ranselnya di atas bangku, Caca langsung menoleh ke belakang dimana Putri yang masih melamun pasca diputuskan oleh Dimas. gadis itu menjadi super pendiam dengan beribu bahasa isyarat yang dimiliki

"lo mikir apa?" tanya Caca dengan memutar kursi nya ke arah belakang

"mikir siapa Queen Irithel" jawab Putri dengan wajah kesal yang tidak lagi bisa di sembunyikan

Caca menumpukan tangannya di atas meja, melihat di sampingnya dimana Fina masih belum hadir pagi ini

"gue tau siapa Queen Irithel" ucap Caca yang langsung membuat Putri meraih kedua tangan sahabatnya dengan mata menatap penuh harap. tidak bagus menyembunyikan hal itu lama-lama, pasti suatu saat juga akan terbongkar dengan sendirinya

"Ca kasih tau gue" mohon Putri dengan mata berkaca-kaca

"ilangin dulu air mata lo yang mau jatuh, dan lo harus janji satu hal sama gue"

"apapun"

"lo nggak boleh ngelabrak orang itu"

"insyaallah"

"Queen Irithel adalah Elena"

"hah? Elena yang godain Samudra bukan?" tanya Putri yang berseru heboh membuat seluruh penduduk kelas XI IPA 1 menjadi beralih ke dua orang yang berada di pojokan

"mulutnya Putri, iya Elena" jawab Caca dengan mata melotot mengisyaratkan sahabatnya untuk tidak memekik seperti tadi

"gue harus bikin perhitungan sama dia"

"put, lo mau bikin perhitungan sama dia? sama aja dengan lo bunuh diri, pertama Elena adalah badgirl, yang kedua Dimas bakal pilih belain Elena dan yang ketiga Dimas bakal lihat sisi lemah lo" perjelas Caca akhirnya membuat Putri diam tidak bisa menjawab, apa yang dikatakan oleh Caca ada benarnya, terutama Dimas akan merasa jika Putri masih bersikap childish dan alay

Only YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang