Bagian Enam Puluh Satu

13.8K 765 5
                                    

Pagi ini Caca berjalan beriringan bersama Samudra dengan langkah biasa karena jam masih menunjukkan pukul 5 pagi dan suasana sekolah yang masih sepi dan hanya ada beberapa anak Osis kelas XI yang berlalu lalang dengan membawa alat kebersihan di tangan mereka. sesekali keduanya tertawa hanya karena guyonan receh yang terlontar

tapi hal itu tidak bertahan lama karena hadirnya gadis remaja mungil yang langsung berhenti di hadapan mereka seperti menghadang jalan

"halo kak Samudra. masih inget dong sama gue? calon pacarnya kakak" ucap Elena yang tiba-tiba hadir dengan nada percaya diri tanpa mengindahkan tatapan tidak suka yang di lontarkan oleh Caca untuknya

"lo itu kebanyakan baca novel yang ceritanya adik kelas polos yang menyukai kakak kelas, dan sang adik kelas melakukan percobaan untuk meng-guide hati seniornya dan berhasil. tapi sayangnya itu di novel Elena, ini di dunia nyata. dan lo harusnya sadar" ketus Samudra dengan kata-kata pedasnya. namun apalah daya, yang namanya Elena adalah gadis berhati beku dan berkepala batu. ini ya ini, itu ya itu dan tidak ada yang bisa merubahnya

Kakak yakin? coba fikir ulang siapa tau kak Samudra berubah pikiran" ucap Elena lagi tanpa menghiraukan setiap kata pedas yang baru di lontarkan Samudra kepadanya

Caca yang melihat itu hanya menguap beberapa kali, benar-benar percaya diri dan itu malah membuat Caca ingin menertawakan tingkah konyol Elena

"sayangnya gue nggak berubah fikiran. dan jangan pernah berharap sama gue, karena gue udah punya pacar dan juga calon istri" tegas Samudra yang sudah tidak peduli bahwa dihadapannya adalah gadis dibawah umur

yang dilakukan Elena benar-benar di luar dugaan, gadis itu bersiul-siul tidak peduli 

"dia Caca, pacar dan masa depan gue" ucap Samudra dengan merangkul bahu Caca dan tersenyum lebar

"ini?" tanya Elena dengan tatapan meremehkan sembari menunjuk ke arah Caca yang hanya terdiam "bukannya Elena udah bilang ya kak, selama janur kuning belum melengkung, kakak masih milik umum" sambungnya dengan nada bangga tanpa mengindahkan jika yang berada di hadapannya adalah senior tingkatan atas

secara bersamaan Caca benar-benar ingin mencakar-cakar wajah gadis di hadapannya dengan kuku yang baru di rapihkan nya semalam

"bisa yang sopan nggak? dan berhenti ganggu gue" tegas Samudra

"bisa nggak berhenti jutek sama gue?" tanya Elena balik dengan wajah songong nya yang tentu membuat Samudra ingin menimpuk dengan bola, tapi sayang dia perempuan

"Percuma di sekolahin tinggi-tinggi kalo gedenya mau jadi perusak" sindir Caca yang akhirnya mulai buka suara dan mengeluarkan kata-kata dalam hatinya kemudian berlalu pergi dan di ekori oleh Samudra di belakangnya

"Ca kamu marah?" tanya Samudra saat berhasil menjajari langkahnya

"sama sekali enggak. lihat orangnya yang kayak gitu aja aku udah yakin kalau kamu nggak bakalan suka" jawab Caca

"Bagaimana bisa lebah terbang mencari bunga yang baru sementara dia masih memiliki bunga yang lama"

"iya sayang iya, nggak usah kebanyakan berpuisi dan bermajas deh" ucap Caca dengan tersenyum. setidaknya kata-kata dari kedua sahabatnya sangat berdampak baik untuk dirinya agar tidak bersikap possesive berlebihan

 ****

Seperti antrian nonton bioskop saat Caca berdiri di depan perpustakaan bersama dengan Leo yang tengah duduk anteng di atas meja kayu yang tertata rapi, memberi tanda tangan dan memberi data lengkap mereka secara gratis yang di kumpulkan oleh peserta Mos sebagai syarat akhir mereka. dan tidak ada yang boleh kurang satu tanda tangan pun dari panitia, dan jika kurang maka hukuman akan menimpa anak-anak Mos yang melanggar. dan hari ini adalah hari terakhir mereka untuk melengkapi tanda tangan

Only YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang