Bagian Delapan Puluh Delapan

12.9K 942 24
                                    

Jam di dinding menunjukkan pukul 6 malam saat Samudra sudah rapi dengan kemeja warna putih yang di tekuk hingga ke siku dan celana jeans warna hitam beserta sepatu kets berwarna putih. cowok itu sudah menyiapkan makan malam romantis seperti yang diinginkan oleh Elena. di salah satu restoran Jepang yang tidak begitu santer di Jakarta, untuk apa mengajak gadis yang telah di cap Samudra sebagai cabe-cabean ke restoran yang melejit jika yang Elena inginkan hanya meja yang dikitari lilin lalu sebuket bunga mawar merah, itu pun teramat sangat terpaksa.

Samudra menyambar ponsel dan kunci mobilnya yang berada di atas nakas, menuruni satu persatu tangga. entah datang keajaiban atau tanda peringatan, kepala Samudra yang semula baik-baik saja kini berubah menjadi sangat pening dan mata yang menjadi kabur, bayang-bayang benda berubah menjadi beberapa bagian

cowok itu memegang kepalanya dan segera minggir ke dinding, merambat perlahan seperti orang baru pulang clubbing tengah malam, kesadarannya yang semula penuh tiba-tiba memutih lalu menghitam dan hilang lah kesadaran nya

                                ****

Entah kenapa perasaan Caca yang semula baik-baik saja kini berubah menjadi begitu tegang dan sangat tidak enak, ada sesak yang ikut merambat dalam sekujur tubuhnya. gadis itu tidak memfirasatkan keluarganya, tapi Samudra lah yang tiba-tiba terbesit di otaknya. dengan cepat Caca menaruh toples kastangel di atas meja lalu menyambar ponselnya, mencari kontak Samudra lalu mengirimkan beberapa pesan teks

Caitlyn: sayang

Caitlyn: datang ke rumah ya?

Caitlyn: aku rinduuu banget

Caitlyn: Genta

Caitlyn: ta bales

Caitlyn: makan ice cream yuk?

2 menit

6 menit

10 menit

16 menit

20 menit

dan selama itu pula Caca mondar mandir di depan televisi, menggigit jemarinya, menghentak-hentakkan kaki, mengecek ponsel berulang kali dan finalnya gadis itu menghempaskan tubuhnya di sofa. kecemasannya begitu berarti, ini bukan kecemasan biasa, seperti ada ikatan batin kasat mata yang tidak terlihat

Caca berlari sekuat tenaga, menuju ke kamarnya, mengambil tas dan kunci mobilnya kemudian menuju ke garasi, belum sempat gadis itu melajukan mobilnya, ponsel Caca lebih dulu bergetar berulang kali

'Mama Natasya Call'

Caca menggeser tombol hijau di layar lalu menempelkannya di telinga

"halo ma" sapa Caca lebih dulu seraya memasang seat belt nya

"ca kamu datang ke rumah sakit sekarang, Samudra masuk rumah sakit" ucap Natasya dengan nada panik yang diiringi dengan suara bankar yang di dorong

Caca terdiam, menelan saliva nya dengan susah payah, firasatnya tidak pernah salah, ikatan batin nya selama setahun ini sudah cukup kuat.

"i iya ma Caca kesana" ucap Caca dengan air mata yang sudah mengalir dari pusatnya

"mama tunggu ya nak"

"iya ma"

tut

Caca langsung menancapkan gas keluar dari garasinya, namun lagi-lagi ia gagal karena ketiga bodyguard milik kakek nya menghadang gerbang hitam yang menjulang di pekarangan

Only YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang