Tepat saat jarum jam menunjukkan pukul 7 pagi Samudra sudah duduk anteng di meja makan bersama dengan Caca, inginnya gadis itu bermalas-malasan di rumah dengan setoples kastangel buatan mbak irma, tapi ia juga tidak mau mengecewakan Samudra dengan penolakannya
"kamu bawa kamera nggak?" tanya Caca di sela sarapannya
"Selalu. buat manusia paling narsis sedunia"
"kamera apa?"
"polaroid"
"SLR?"
"enggak"
"yaudah"
"marah?"
"enggak ta, polaroid juga bagus kok. gih makan, dari pada ntar sakit gara-gara kurang makan, jadi jangan ngrepotin"
"pacar macam apa"
"diem dan makan, jangan banyak berkicau. aku ambil tas dulu" ucap Caca kemudian berlalu pergi, gadis itu mengambil ponsel, tas selempang rajut dan dompet yang sudah di siapkan sejak tadi pagi
****
Hari minggu yang cukup ramai saat Caca dan Samudra hampir memasuki kawasan kota tua, cowok itu kelimpungan mencari area parkir mobil yang letaknya cukup jauh dari kawasan kota tua. setelah berputar dua kali mencari tempat parkir dan akhirnya Samudra memarkirkan mobilnya di sebuah gang yang persis tepat di depan pintu masuk sebelah utara.
kemudian Caca dan Samudra berjalan beriringan menuju ke museum Fatahillah yang bagian pelatarannya sudah di penuhi oleh banyaknya orang, mulai dari wisatawan mancanegara hingga lokalan.
"Ca naik sepeda yuk?" ajak Samudra
"emang kamu bisa?"
"bisa"
"awas jatuh"
"enggak sayang. ayo" Samudra langsung menarik Caca menuju ke penyewaan sepeda onthel yang berada di depan museum wayang dan tidak jauh dari lokasi mereka berpijak.
dengan sedikit berbasa-basi kepada pemilik penyewaan dan memberikan sejumlah uang sewa, Samudra akhirnya memasangkan topi bundar warna putih gading ke kepala Caca kemudian menuntun sepedanya sedikit menjauh
"bisa nggak?" tanya Samudra dengan membanggakan diri
"iya-iya bisa. mau di bantuin ngayuh nggak?"
"nggak usah. tuan puteri duduk aja di belakang, nikmatin pemandangannya"
"najis banget jadi cowok"
Samudra tidak menanggapi dan malah tertawa dan membuat beberapa orang memusatkan perhatiannya ke arah kedua orang sedang sibuk mengitari pekaranganmuseum dengan sepeda sewaan.
sekitar 20 menit dan cukup menguras tenaga Samudra, cowok itu mengembalikan kembali sepeda onthel dan menarik Caca kesana kemari seperti sapi yang menarik bajakan sawah. hingga mereka berhenti di tempat pembelian tiket di ruangan kecil yang berada di sisi bangunan sebelah barat.
setelah membeli tiket, Samudra sama sekali tidak melepaskan tangan Caca dari genggamannya, cowok itu menarik Caca untuk mengikuti petunjuk yang ada di dalam museum.
Samudra dan Caca memasuki ruangan pertama, dan langsung di sambut oleh lukisan besar yang menampilkan gambaran tentang peperangan, tepat di sebelah lukisan juga ada banyak pajangan senjata-senjata berupa pedang, kapak dan tombak
"mau foto nggak?" tanya Samudra
"enggak, nanti aja"
"tumben nggak narsis"
KAMU SEDANG MEMBACA
Only You
Teen FictionSiapa yang tidak mengenal Samudra Genta Pradipta? Cucu dari pemilik yayasan SMA Salvator, salah satu SMA elite daerah Jakarta. Hidup sempurna? Tentu, Samudra memiliki segalanya. Uang? Kekayaan? Orang tua yang begitu menyayanginya? Samudra memi...