Bagian Delapan Puluh Tiga

11.9K 832 14
                                    

Samudra: sayang aku mau latihan dulu sama Elena

Samudra: ikut nggak?

Adiknya Princess Elsa: nggak sayang

Samudra: yaudah, aku berangkat dulu ya. nanti aku kabari lagi

Adiknya Princess Elsa: iya. hati2 di jalan

Samudra langsung memasukkan ponselnya ke dalam saku, kemudian cowok itu langsung menyambar jaket hoodie abu-abu kesukaannya beserta kunci mobil yang berada di atas nakas. lalu Samudra langsung menuju ke garasi tanpa mengindahkan panggilan Rey, soal kedua orang tuanya, Mama nya sedang sift malam di Rumah Sakit dan Papa nya akan pulang jam 10 malam nanti, atau kalau tidak begitu Papa nya akan menginap di salah satu kamar rumah sakit dengan alasan kurang fit, padahal nyatanya hanya ingin menemani istri nya yang sedang bertugas malam itu

Samudra menancapkan gas membelah jalanan padat malam ini, tapi untuk macet masih belun dalam tahap tersebut. selang 20 menit kemudian cowok berjambul itu lantas berhenti tepat di bangunan tua setengah jadi yang berada di dekat perumahan Keano, kemudian Samudra langsung turun dengan membawa kantong plastik berwarna hitam yang berisi 2 kaleng pilox warna hijau dan merah pesanan Elena. menaiki satu persatu tangga hingga sampai di lantai teratas, di lantai 6

Elena sudah berdiri disana dengan tangan yang bersedekap di depan dada, wajah malas dan pilox yang sudah berserakan di bawah

"lama" ketus Elena kemudian berjalan ke dekat Samudra

"bawel. lo nyuruh gue beli pilox dulu dan disana antri" bohong Samudra. pasalnya cowok itu sudah membeli sepulang dari pemakaman tadi, bersama dengan Caca tentunya

"antri? sejak kapan pilox belinya antri? baru tau gue"

"di deket rumah"

"di toko apa?"

"kebutuhan mobil"

"nggak usah bercanda" Elena membeberkan selembar karton besar di atas lantai yang belum ber-ubin

"siapa yang bercanda"

"al__"

"mau di ngajarin gue, apa mau ngoceh terus?" potong Samudra dengan ketus

"Iya-Iya. sekarang lo jongkok disini, dan gambar apapun yang pengen lo gambar" suruh Elena dengan menunjuk tempat di sampingnya.

Samudra pun menurut dan langsung menggambar apapun yang sedang cowok itu pikirkan, mulai dari mata Caca hingga beberapa oretan huruf tidak terbaca oleh mata Elena karena bentuknya yang latin

"jelek banget gambarannya" ucap Elena kemudian menghapus rata hasil gambaran Samudra yang bercoret di atas kertas karton 

"udah bagus gue mau gambar" ucap Samudra dengan membenarkan jambulnya yang mulai tidak seimbang dan lebih condong miring ke kiri

"udah bagus gue tolongin. soal waktu dan tempat gue kabarin ya" ucap Elena dengan mengingatkan adanya perjanjian antara mereka, perjanjian yang akan dilalui Samudra dengan setengah hati dan setengah jiwa. tidak ada kata ikhlas yang terpampang disana, yang ada malah keterpaksaan demi sebuah nilai sempurna dan membuat kedua orang tuanya bangga

"iya"

"udah jadi nih gambar nya, udah gue betulin. lo bisa mewarna nggak?" tanya Elena setelah pembenahannya selesai

"di paku kan?"

"kuntilanak kali di paku"

"mulut lo. ini itu malem bego, di tempat kayak gini lagi" Samudra memang tipikal orang yang suka merinding jika sudah mengenai hal-hal yang berbau gaib, hal yang mistis. jadi wajar jika di gedung kosong dan tua seperti ini cowok itu sangat menjaga perkataannya

Only YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang