Karena persahabatan adalah menyatukan kata buruk dengan kata baik tanpa adanya sifat munafik.
Siang ini. Sepulang dari kegiatan sekolah. Geng Zavarasha dan geng Kipi kumpul di wartong dekat sekolah. Mereka saling melempar kata-kata ejekan. Wartong, warung tongkrong buat mereka kumpul setelah pulang sekolah atau bolos sekolah.
Motor ninja hitam berhenti tepat di depan wartong. Seorang pelajar yang keliatan masih muda dari mereka langsung duduk di samping Ayesha. Ayesha yang sadar dengan kehadiran pacarnya langsung berubah sok alim dan sok cantik.
"Idih sok lo." komentar Ava dengan bibir atas kanannya naik keatas.
"Iri kan lo nggak dihemput pacar. eh gue lupa kalo lo belum punya pacar." senyum Ayesha sinis.
"Gue pulang dulu ya. Pacar gue udah nggak sabar pengen berduaan sama gue." sifat genit Ayesha langsung keluar. Tangan kanannya merangkul lengan kiri Wastu.
"Heh brondong. Ngapain lo mau sama si muka tua sih?" Rauf yang duduk di depan Gasta ketawa sepuas puasnya. Disusul tawa anak-anak yang lain.
"Namanya juga sayang. Umur nggak masalah. Ya kan sayang." Wastu membelai lembut kepala Ayesha.
"Najis". kata anak-anak bersamaan.
Ayesha puas bisa membalas ejekan mereka. Ayesha senang melihat teman-temannya yang hobi mengeluarkan kata-kata ejekan, kasar di depan tidak memiliki sifat munafik. Karena persahabatan adalah menyatukan kata buruk dengan kata baik tanpa adanya sifat munafik.
"Kamu jadi ke toko buku? Katanya kelas XI ngadain kuis ya?" pandangan Ayesha menatap ke muka tampan Wastu. Tinggi Ayesha hanya setelinga Wastu, jadi tidak perlu mendongak susah payah.
Wastu masih duduk di kelas XI IPA 1. Ya memang Wastu setahun lebih muda dari dia. Setiap hari mereka berdua menyempatkan untuk bertemu di sekolah. Ayesha yang selalu di antar jemput Wastu mempermudah pertemuan mereka.
Mereka yang masih duduk di wartong sedang asik memakan mie instan yang mereka pesan di Bu Siti. Kecuali Gasta dan Zar yang sedang asik tanding game online yang di kenal dengan nama mobile legend. Mereka tidak lagi memperdulikan kepergian Ayesha dengan Wastu.
"Nanti malem nongkrong dirumah gue ya?!" mata Aza melihat anak-anak Kipi satu persatu.
"Oke...sekalian gue ada urusan sama abang lo." jawab Byakta.
"Perlu apa?"
"Biasalah soal cewek." Gasta yang sudah tau niat Byakta langsung menjawab.
"Gue heran sama kalian. Abang gue yang dingin, cuek, dan nggak doyan cewek aja sampe sekarang jomblo malah kalian minta bantuan abang gue buat comblangin kalian ke temen-temennya. Ngomong aja ngirit apalagi buat promosiin kalian." tangan Aza memainkan sedotan minumannya di depannya.
"Temen kampusnya cantik-cantik gila."
"Iya bohay juga bro."
"Yang tua yang lebih mantep."
Jawaban konyol anak-anak Kipi keluar dari mulut mereka masing-masing kecuali Zar yang tidak peduli dengan pembahasan teman-temannya.
"Uuuhhhh Bang Afkar calon pacar gue. Kapan sih nembak gue. Gue udah kebelet ini pengen jadian sama lo." Ava keluar dari tempat penggorengan wartong dengan semangat.
"Kalo udah bahas bang Afkar aja langsung nyambung. Agresif lo langsung keluar." Safura melirik Ava yang berdiri di depan Aza dengan senyuman Ava yang lebar.
KAMU SEDANG MEMBACA
MAFAZA
أدب المراهقينKenangan bukanlah hal buruk yang harus bisa menghilang dari ingatan. Tetapi kenangan adalah warna-warni cerita kehidupan tanpa kita inginkan sekalipun. Mafaza Flor Simran gadis berusia 17 tahun memiliki keluarga dan sahabat yang selalu memberikan ka...