Tepat jam 2 siang semua makul fakultas psikolog sudah selesai. Semua mahasiswa membereskan semua buku milik mereka dan berhamburan keluar kelas.
Gadis manis dengan rambut panjang dan lurus jalan dengan santainya. Tas punggung dan totebag miliknya selalu menjadi bawaan favoritnya. Dia mendekati kantin dan memesan siomay kesukaannya dan segelas jus mangga segar. Jemarinya memainkan ponselnya. Dia menscroll akun intagramnya dan melihat Gasta mengupload foto terbaru.
Mukanya berubah masam. Kedua matanya beberapa kali berkedip gugup. "Siapa?" batinnya penuh tanya.
Hatinya mulai terasa sakit. Jantungnya berdegup kencang."Za...lo kenapa?" suara Ava membuat Mafaza tersadar.
Bibirnya tersenyum manis. "Sejak kapan lo duduk di sini?"
"Barusan. Lo malah asik ngelamun. Lagi liatin apa?" Ava datang membawa segelas jus avocado.
"Makul lo udah kelar?"
"Udah barusan." jawab Ava singkat.
Ava mengambil universitas yang sama dengan Mafaza tetapi dia memilih fakultas Matematika. Ya jurusan yang kurang peminat dan paling di benci manusia. Jurusan yang sangat membutuhkan manusia yang ber-IQ tinggi.
"Lo tahu nggak ini siapanya Gasta?" Mafaza menunjukkan foto Gasta di ponselnya.
Kening Ava berkerut. "Gue juga nggak tahu." Mata Ava menajam ke Mafaza. "Lo cemburu?" godanya dengan tawa mengejek Mafaza.
"Sok tahu lo." Mafaza berusaha menampis semua kecurigaan Ava. "Lo nggak di jemput Faris?"
"Nggak. Gue mau pulang sama lo aja. Lo bawa mobil kan?"
"Iya. Tapi bentar ya. Gue masih pengen di sini."
Kebiasaan Mafaza selalu nongkrong di kantin kampus atau taman kampus setelah semua makulnya selesai. Dia merasa harus menenangkan pikirannya dan berhenti sejenak dari semua aktifitasnya.
Mafaza menginjak pedal gas dengan kecepatan pelan. "Safura sama Ayesha mau pulang kan?"
"Iya. Disana lagi libur kuliah katanya." Ava masih sibuk merapikan rambutnya.
Safura kuliah di salah satu universitas di negara Jerman. Dia mendapat beasiswa penuh. Dia harus berusaha mempertahankan IPK tingginya untuk mempertahankan beasiswa penuhnya. Sedangkan Ayesha memilih kuliah di negara Singapura. Hanya ini yang dia bisa agar tinggal bersama orang tuanya. Selain sibuk kuliah, Ayesha menjadi model di negara Singapura dan dia sudah sering mendapat undangan sebagai tamu di salah satu merk-merk baju ternama. Kecantikan wajahnya dan bentuk indah badannya membuat dia bisa seberuntung ini.
"Ketemu Kipi kuy!! Mau nggak lo?" tanya Ava.
"Malem ini nggak bisa. Gue ada jadwal MV cover lagu." Lagi-lagi Mafaza menolak.
"Ah lo. Kapan sih ada waktu sama kita lagi?" Ava mulai sensitif. Dia sering mengeluh dengan kesibukan Mafaza.
Mafaza tersenyum. Dia merasa tidak enak dengan sahabatnya. "Yaudah nanti malem gue nyusul kalian. Mau kumpul dimana?"
Ava bahagia. Giginya terlihat dengan jelas. "Nah gitu dong. Di cafe nyokap lo aja ya. Kayak biasanya."
Mafaza mengantar Ava pulang. Setelah menurunkan Ava di depan rumah dia langsung menginjak pedal gas mobilnya. Hari ini dia benar-benar akan menjadi manusia yang sangat sibuk.
Selama perjalanan otak Mafaza memikirkan sesuatu yang membuat dirinya bertanya-tanya. Dia ingin tahu siapa cewek itu. Dia ingin tahu siapa yang bersama dengan Gasta. "I don't care." ucapnya menenangkan dirinya sendiri. Jemari kirinya memencet tombol power dan menambah volume. Alunan musik RnB menjadi teman perjalanan.

KAMU SEDANG MEMBACA
MAFAZA
Teen FictionKenangan bukanlah hal buruk yang harus bisa menghilang dari ingatan. Tetapi kenangan adalah warna-warni cerita kehidupan tanpa kita inginkan sekalipun. Mafaza Flor Simran gadis berusia 17 tahun memiliki keluarga dan sahabat yang selalu memberikan ka...