MAFAZA 32

24 8 0
                                    

Mafaza, Ava, Mishall, Orlin dan Rahseti menikmati jam istirahat dengan makan di kantin. Mereka duduk di kursi tengah. Kali ini suasana kantin tidak terlalu ramai. Karena para murid banyak yang sibuk dengan lomba ektrakulikuler yang di adakan sudah seminggu ini.

Mereka tipe murid yang tidak suka dengan kegiatan yang sibuk dengan kegiatan sekolah. Mereka lebih memilih ekstrakulikuler mading yang sangat santai. Kecuali Mafaza. Dia memilih dua kegiatan. Karena Mafaza merasa ingin mencoba. Dia memilih ekstrakulikuler mading dan musik.

"Lo nggak ikut musik? Bukannya ekskulmu ikut lomba juga ya?" tanya Ava ke Mafaza yang sedang asik makan siomay.

Dia menggelengkan kepalanya. Menelan kunyahan siomay dari mulutnya. "Nggak. Gue kan ikut cuma buat main-main aja." jawabnya santai.

"Idih songong amat tuh bocah." ucap Orlin. Mereka terkekeh mendengar omelan Orlin.

"Eh Za...bokap lo gimana?" tanya Ava yang tau cerita dari Mafaza.

"Masih kurang setuju." jawab Mafaza singkat.

"Tenang aja. Bokap lo pasti bakal setuju kok. Javas orang baik." ucap Rahseti.

"Iya gue baru liat bokap gue seserem itu loh waktu ketemu Javas." tambah Mafaza membayangkan kejadian awal ketemu Javas dengan Ayahnya.

"Hallo sayang." Javas datang dan duduk di samping Mafaza. Sedangkan Raka. Sahabat Javas duduk di samping Mishall.

Mafaza melirik temannya satu persatu untuk diam. Dia mengalihkan pandangannya ke Javas dan tersenyum. Dia melanjutkan makannya. Menikmati setiap suapan dan gigitan.

"Eh lo kok nggak ikut ekskul basket?" tanya Rahseti ke Javas dan Raka.

"Udah barusan kelar." jawab Javas. Dia melirik Raka yang sedang asik ngobrol dengan Mishall. "Ka...pesen makan sono. Gue sekalian." suruh Javas.

"Siap bos. Gue juga udah laper banget." jawab Raka dan beranjak pergi.

"Nanti pulang sekolah aku kumpul sama anak musik dulu. Kamu kalo mau pulang duluan nggak pa-pa." ucap Mafaza yang sudah menghabiskan siomay miliknya.

"Aku tunggu kamu sampe selesai aja." Javas masih saja memperlakukan Mafaza seperti tuan putri.

"Yang lagi bau wangi sih beda sama yang udah bau busuk." ejek Orlin membuat Mishall tertawa kecil.

"Sialan lo." ucap Javas melempar sedotan milik Mafaza.

"Javas...." panggil Mafaza kesal.

"Apaan sih sayang?!" tatapan teduh Javas membuat semua wanita iri.

"Kenapa di lempar. Aku minumnya gimana?!"

"Ini loh aku ambilin sedotan yang baru."

"Duh bisa sesak nafas gue semeja sama kalian berdua." omel Ava. Mereka terkekeh mendengar ucapan Ava.

"Makanya cari pacar." ucapan Orlin membuat semuanya menatap dirinya.

"NGACA WOY." teriak mereka bersamaan ke arah Orlin.

Mereka tertawa melihat muka Orlin yang merah karena malu. Mereka senang melihat Orlin si mulut sadis bisa mati kutu.

Langit yang cerah muncul dengan bahagianya. Warna laut muncul di atas bersama selimut putih. Sang matahari dengan perhatiannya memberi sinarnya tanpa menyakiti para manusia yang ada di bumi.

Bunyi bel pulang
Semua murid berhamburan keluar kelas. Dengan beban berat di tas dan tangan yang membawa tumpukan buku. Mereka berlari dengan gembiranya.

MAFAZATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang