MAFAZA 43

21 3 2
                                    

Suasana kamar yang sunyi. Terangnya lampu menerangi semua aktifitas. Aroma bunga mawar yang membuat semakin nyaman. Pagi hari yang membuat dirinya semakin ingin menyendiri. Memainkan piano dan menyanyikan lagu sesuai isi hatinya sekarang.

"Za sarapan sekarang. Udah di tunggu Ayah sama Bunda." Afkar datang dan duduk di pojok kasur.

Mafaza mengentikan kesibukannya. Nafasnya terdengar keras. Inilah yang dirinya tidak suka. Situasi yang tidak dia harapkan. Bundanya lah yang membuat dirinya ingin mengurung diri di kamar.

"Apa gue anter ke kamar aja?!"

"Nggak usah. Gue turun sekarang."

Afkar melihat Mafaza yang jalan pergi keluar kamar meninggalkan dirinya. Dia tahu bukan ini yang adiknya inginkan.

Bunda dan Ayah tersenyum melihat anak gadisnya yang turun melewati tangga. Mereka menyadari anak gadisnya sekarang sudah semakin dewasa. "Eh anak gadis Bunda udah keluar dari kamar. Kamu di kamar terus kenapa?"

Mafaza tersenyum. Dia melupakan semua beban dan semua masalah. Dia berusaha terlihat bahagia agar tidak membuat orang tuanya khawatir.

Mafaza duduk di samping kursi Afkar. "Ada tugas Bun. Banyak banget. Maklumlah kan mau ujian." jawabnya bohong.

"Paling juga lo tetep dapet nilai jelek." ejek Afkar yang berusaha mencairkan suasana.

"Ngeremehin gue lo? Awas aja kalo gue dapet nilai bagus. Lo harus turutin semua yang gue suruh."

"Oke. Siap. Kita liat aja nanti."

Ayah dan Bunda tersenyum melihat kelakuan kedua anaknya yang menurutnya tidak pernah akur.

"Sudah sudah. Makan dulu." lerai Ayah melihat Afkar dan Mafaza bergantian.

Mereka menyantap makanan dengan lahap. Berbagai macam menu pembuka dan menu penutup ada di atas meja makan. Walaupun masih pagi. Mereka sudah terbiasa dengan makan berbagai menu termasuk nasi. Jarang sekali mereka sarapan pagi hanya dengan roti dan susu.

Dengan mulut masih penuh makanan Mafaza memulai percakapannya. "Ayah...Bunda...di korea ketemu sama idol atau aktor gitu nggak? Oppa jong suk? Oppa kim so hyun? BTS? iKON? mmmm siapa lagi ya?!"

"Nggak sayang....kita nggak ketemu sama orang yang kamu sebutin. Kita aja nggak tahu mukanya kayak apa." jawaban Ayah membuat tawa seisi ruang makan.

Mafaza memanyunkan bibirnya. "Sekali kali kita liburan sekeluarga ke korea dong. Masak Ayah sama Bunda terus yang ke luar negeri."

"Benerin nilai lo dulu." ejek Afkar yang masih suka menggoda Mafaza.

"Iya deh Bunda sama Ayah janji bakal ajak kalian ke luar negeri."

"Korea ya Bun?"

"Iya."

Mafaza tersenyum bahagia. Dia terlihat sangat senang. Hari ini Bunda tidak mempertanyakan hal yang membuat dirinya sedih. Dia sangat bersyukur. Untuk hari ini.

***

Byakta sudah berpenampilan rapi dan wangi. Dengan kaos polos dan celana jins robek dengan sepatu putih miliknya. Terlihat semakin tampan.

"Kamu mau kemana?" tanya Ibunya yang sedang memasak di dapur.

Byakta tersenyum menatap ibunya. "Ke rumahnya Mafaza."

Ibunya melihat jam dinding rumahnya. "Pagi-pagi kayak gini? Mau kemana?"

Byakta memastikan jarum jam yang ada di tangannya. Giginya terlihat sangat rapi. Dia terkekeh ketika melihat jarum jam masih menunjukkan angka 9. "Akta pergi dulu. Assalamu'alaikum."

MAFAZATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang