MAFAZA 3

82 10 0
                                    

Kamar Afkar yang bernuansa warna putih dan bersih terlihat sangat berantakan. Banyak kulit-kulit kacang yang berserakan di bawah lantai akibat tingkah Rauf . Mereka sibuk dengan kegiatan masing-masing.

"Gila lo menang mulu. Lo memang jago, pinter, cerdas tapi keahlian lo semua itu cuma di game doang." Byakta ngomel nggak terima dengan kemenangan Gasta. Gasta yang duduk di samping bang Afkar ketawa puas dan Afkar cuma senyum tipis .

"Kalian laper nggak? Bosen nih gue liat kalian tanding mulu." Rauf duduk di kasur milik Afkar.

"Gofood aja sana. Nanti gue yang bayar." jawab Afkar santai dan masih sibuk dengan psnya.

Rauf berdiri dari posisi santainya. Dia ambil ponselnya yang tergeletak di atas meja belajar Afkar. Pandangan Rauf tanpa sengaja melihat Zar yang masih memegang ponselnya dengan rahang mengeras. "Ngapain lo?" Rauf mendekati Zar yang duduk di kursi belajar.

"Anak-anak wings ngajak balapan."

"Sabun colek ngapain ngajak ribut mulu sih." suara Rauf keras sampai Byakta, Gasta dan Afkar mendonggakkan kepalanya ke Rauf yang masih berdiri di samping Zar.

"Tenang aja. Paling juga kalah lagi." Zar sangat bisa diandalkan untuk urusan balap mobil. Sudah berkali kali Zar menang dari lawannya. Salah satunya anak-anak wings dari SMA Husada yang selalu mencari masalah dengan anak-anak Kipi.

"Sayap ayam berterbangan kemana mana." Byakta nyengir melihat muka temannya satu persatu.

Krik..krik..krikk

"Garing woi garing." teriak Gasta memajukan mukanya ke depan muka Byakta.

Tawa mereka pecah di ruang tidur Afkar.

Afkar beranjak dan jalan menuju lemari pakaian. "Kapan?" tanya Afkar sambil mengambil celana panjang.

"Nanti jam 12. Siapa yang mau ikut gue?" tanya Zar menatap satu persatu temannya.

"Gue aja. Rauf, Byakta, sana Gasta disini aja jagain cewek-cewek." Afkar memang sehobi dengan Zar namun Afkar merasa trauma dengan balapan. Dia cuma sebagai penonton dan pendukung. Karena kejadian 2 tahun yang lalu Afkar pernah kecelakaan saat tanding dengan orang yang nggak Afkar kenal.

"Adek lo gimana? Kalo tau bisa marah-marah ke kita." tanya Gasta.

"Yaudah gue ikut. Biar Aza nggak curiga. Bilang aja kalo Afkar mau nemuin gue sama temen bohaynya." Byakta memperlihatkan barisan giginya.

"Trus ini pizzanya ntar yang habisin siapa woi? Gue udah pesen 5." Rauf sadar akan kebodohannya.

"Gila lo...ngapain pesen 5? Mau pengajian?" suara Gasta sedikit meninggi.

"Gue laper cuy." tangan kanan Rauf menggaruk kepalanya dengan senyum tanpa dosa.

"Yaudah habisin lo aja kalo kuat. Kan juga masih ada bidadari-bidadari di bawah." kata Afkar yang masih memakai celana panjang.

"Kembaran gue. Fighting. Kalo ada apa-apa telfon gue. Kalo mereka ngajak berantem, lapor polisi aja jangan telfon gue." Rauf mengepalkan tangan kanannya di depan Zar dengan senyum lebar.

Zar menoyor kepala Rauf dan berjalan menjauhi Rauf. "Punya kembaran kenapa gini amat sih." Omel Zar menggelengkan kepala.

Byakta, Zar, dan Afkar siap-siap untuk tanding dengan anak Wings. Tanpa sengaja setelan mereka kompak warna hitam.

Mereka jalan menuruni anak tangga disusul Gasta dan Rauf yang jalan di belakang mereka.

Aza menegakkan kepalanya. Pandangannya melihat para lelaki jalan seperti pandawa lima. Kedua matanya melihat tajam ke arah mereka. "Kalian mau kemana?" Aza curiga dengan tingkah mereka.

MAFAZATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang