MAFAZA 35

17 2 0
                                    

Kipi datang ke sekolah bersamaan. Hari ini mereka naik satu mobil. Setelah pulang sekolah mereka berniat mengikuti acara balap mobil. Yang ikut cuma Zar tapi mereka juga ingin liat. Acara resmi yang diadakan oleh salah satu produk rokok ternama.

Mereka jalan melewati lorong sekolah. Banyak sepasang mata yang fokus melihat kehadiran mereka. Pesona yang tidak pernah luntur.

"Pesona gue memang nggak pernah luntur." Rauf dengan percaya dirinya. Sela-sela jari tangan menyisir rambut ikalnya.

Zar bergidik geli melihat kembarannya yang selalu membuat geleng kepala. "Gas...Ta...Aza sama Javas tuh." Tunjuk Zar dengan memajukan dagunya.

Gasta dan Byakta mengikuti arah bola mata Zar. Mereka berdua melihat sebuah senyuman dan tawa yang keluar.

"Gue punya hot news nih buat kalian berdua." pandangan Gasta dan Byakta teralih ke Rauf yang tersenyum sinis. "Javas udah putus sama Mishall. Katanya sih udah beberapa bulan ini. Tapi katanya Javas sama Mishall masih suka jalan berdua. Dan katanya Mishall masih cinta sama Javas. Tapi Javas sukanya samaaaa...." Rauf sengaja memberi jeda pembicaraannya. "Mafaza."

"Udah gue duga. Gue sering liat Javas berusaha deketin Aza lagi." Zar mengangguk pelan. Kedua bola matanya melirik Aza dan Javas.

"Lo dapet sumber dari mana?" Byakta tidak langsung percaya dengan ucapan Rauf.

"Rahseti. Dia kan orangnya suka blak-blakan kalo ngomong."

Rahseti gadis yang selalu pro dengan Kipi dan Zavarasha. Dia tidak merasa memiliki musuh dengan Kipi dan Zavarasha. Rahseti gadis dengan sejuta senyumnya dan sejuta aura positifnya.

"Gas...Gas...banyak banget saingan lo." ucapan Zar membuat Gasta melirik Zar tajam.

"Maksud lo?"

"Halah...nggak usah sok polos. Byakta udah move on tuh. Lo kapan?"

"Eh jangan salah lo. Byakta udah move on sih tapi masih menomor satukan Aza dong."

Sindiran-sindiran dari Zar dan Rauf membuat kedua telinga Gasta dan Byakta panas. Zar dan Rauf tertawa bahagia melihat ekspresi ingin membunuh dari Gasta dan Byakta.

"Sabar ya...kalian berdua banyak-banyak berdoa. Jangan banyak-banyak tawurannya." Ucap Rauf.

Gasta dan Byakta menoyor kepala Rauf dan Zar. "Lo makin lama makin mirip Rauf." ucap Gasta.

Rauf dan Zar berpelukan. "Iyalah. Kita kan kembar." Ucapnya dengan bangga. Mereka tidak menyadari semua pasang mata tertuju ke adegan pelukan mereka.

Suasana sekolah yang berisik. Suara riuh tawa dan canda. Suara-suara kursi dan pintu yang menggesek di lantai. Menambah aura positif di pagi hari.

Rooftop tempat tongkrong baru mereka. Tanpa suara menggelegar dari siswa siswi yang mebuat telinga gatal. Dan tanpa gangguan dari Zavarasha. Zavarasha enggan naik ke rooftop sekolah karena mereka merasa lebih nyaman nongkrong di kantin dan taman sekolah.

Sebelum bergulat dengan buku-buku pelajaran. Mereka menikmati udara di rooftop sekolah. Mereka duduk di sofa dan kursi yang sudah ada di rooftop. Ya semua karena mereka menyuruh OB sekolah memberikan fasilitas seadanya di rooftop tanpa seorang guru yang tau.

"Gue nanti bolos. Kalian ikut nggak?"

Tatapan Zar, Rauf dan Byakta tajam ke arah Gasta. "Bukannya lo udah dapet peringatan dari Bu Fita sama Pak Budi?" tanya Byakta yang khawatir dengan nasib sahabatnya.

Gasta hanya mengangkat kedua bahunya acuh.

"Inget Gas...kalo lo keluar kita-kita gimana?" Zar menepuk bahu Gasta.

MAFAZATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang