Flashback on
Mafaza, Ava, Mishall, Rahseti dan Orlin. Mereka sahabat dekat. Semenjak duduk di kelas 10-2 dari masa orientasi sampai 1 bulan ini mereka selalu pergi bersama.
Ke kantin, ke kamar mandi selalu salah 2 dari mereka ikut dan nggak akan pernah sendirian.
Mafaza berteduh di bawah pohon samping lapangan bersama Ava dan Mishall. Mereka bertiga menunggu giliran mengumpulkan bunga mawar untuk anak OSIS. Mereka para junior di suruh mengumpulkan bunga mawar karena untuk memperingati ulang tahun SMA Taruna. Entah kenapa cuma junior yang di suruh membawa.
Javas dengan setangkai bunga mawar merah miliknya jalan mendekati Mafaza, Ava, dan Mishall. Dia tersenyum bahagia melihat Mafaza. Sudah satu bulan semenjak masa orientasi mereka berdua terlihat dekat. Mafaza dan Javas satu kelompok waktu masa orientasi siswa. Hal ini yang membuat mereka berdua bisa dekat.
Javas tersenyum lebar setelah berdiri di depan Mafaza. Dia memberikan bunga mawar merah yang dia bawa.
Mafaza tersenyum dan mengernyitkan keningnya. Dia merasa bingung dengan sikap Javas yang tidak bicara tapi memberikan bunga.
Ava dan Mishall menyenggol lengan Mafaza. Menggoda sahabatnya yang sedang tersipu malu. "Jangan bengong aja. Terima dong." tambah Ava dengan kekehannya.
Mafaza melihat Ava tajam. Dia menyuruh Ava untuk diam. "Maksudnya apa ya?" tanyanya menatap Javas heran.
"Aku mau kamu jadi pacarku. Kamu mau nggak?" dengan nada gugup Javas mengutarakan isi hatinya.
Mafaza tersenyum lebar. Dia baru merasakan bahagia seperti ini. Perutnya seperti ada kupu-kupu yang berterbangan. Tanpa menunggu lama dia langsung menganggukan kepalanya dan mengambil setangkai bunga mawar dari Javas.
"Ciiieeee makan-makan dong." goda Mishall yang ikut bahagia melihat sahabatnya.
Mafaza dan Javas hanya tersenyum lebar. Mereka saling melempar tatapan indah. "Aku ke kelas dulu ya. Nanti pulang sekolah bareng sama aku." ucap Javas membuat Mafaza semakin ingin terbang.
Mafaza menatap punggung Javas dengan senyuman lebarnya. Hari ini dia sangat bahagia. Dia nggak habis pikir Javas bisa membuat dirinya berbunga.
Selama masa orientasi dan sekarang ini Javas selalu memberi perhatian lebih ke Mafaza. Dia selalu ingin duduk di samping Mafaza. Dia selalu mencari topik pembicaraan agar bisa ngobrol dengan Mafaza.
Sesekali Javas juga mengantar Mafaza pulang bareng naik angkutan umum. Karena memang masih kelas 10 dan umur mereka belum menginjak angka 17 tahun belum boleh punya sim dan belum boleh membawa motor. Javas selalu mengikuti Mafaza sampai di depan rumah Mafaza. Dia beridiri di depan rumah Mafaza sampai melihat Mafaza masuk ke rumah dengan selamat.
Ya seperti itulah cara Javas dan Mafaza pulang bersama. Dari dulu sampai sekarang. Bahkan untuk nanti juga akan seperti itu.
Mafaza, Ava dan Mishall duduk di bangku paling depan. Mereka termasuk anak yang wajib duduk di bangku depan. Tapi untuk Orlin dan Rahseti, mereka lebih suka duduk di bangku tengah.
"Orlin sama Rahseti kemana?" tanya Mishall celingak celinguk.
"Paling ke kantin." jawab Ava singkat.
"Eh Za makan-makan dong. Kan lo habis jadian." goda Mishall mengangkat kedua alisnya memberi kode ke Ava.
"Iya dong Za...biar langgeng." tambah Ava yang juga bersemangat.
"Eh siapa yang habis jadian?" suara Rauf membuat tiga wanita itu memutar kepalanya kebelakang.
Mereka melihat Rauf, Gasta, dan Byakta yang duduk santai di bangku belakang dengan kaki naik keatas meja.
KAMU SEDANG MEMBACA
MAFAZA
Genç KurguKenangan bukanlah hal buruk yang harus bisa menghilang dari ingatan. Tetapi kenangan adalah warna-warni cerita kehidupan tanpa kita inginkan sekalipun. Mafaza Flor Simran gadis berusia 17 tahun memiliki keluarga dan sahabat yang selalu memberikan ka...