MAFAZA 15

38 3 0
                                    

Pagi yang cerah. Suara-suara burung berkicau. Udara pagi yang sejuk dengan angin halus menerpa. Warna langit yang biru mengelilingi awan-awan putih.

Hari minggu. Hari dimana banyak manusia yang ingin membakar lemak-lemak mereka dengan berbagai macam cara.

Mafaza lari mengelilingi taman dekat rumahnya bersama Naresh. Ya baru sehari menyandang status pacar. Ini pertama kalinya Aza mengisi hari libur buat lari di pagi buta seperti ini. Biasanya dia memuaskan hari minggu sebagai waktu hibernasinya. Ini semua karena paksaan Naresh tentunya.

"Sayang kamu udah capek belum?" tanya Naresh yang berlari di samping Aza.

"Udah dari tadi." jawab Aza dengan nafas ngos-ngosan.

"Duduk sana dulu ya. Aku beli air mineral dulu." Naresh meninggalkan Aza yang jalan ke kursi taman.

"Gila sumpah capek banget gue." gerutu Aza. Nafasnya tak beraturan. Sesekali mengelab keringatnya dengan handuk kecil yang dia bawa.

"Mafaza...." suara dari depan Aza.

Tubuhnya sedikit menegang. "Javas. Ngapain lo?" tanya Aza. Pandangannya melihat sekeliling Javas.

Javas mengerti siapa yang Aza cari. "Gue sendirian kok tenang aja. Boleh duduk?"

"Boleh....sini."

"Lo sama siapa? Tumben banget." tanya Javas penasaran.

"Gue sama Naresh. Tuh dia masih beli minum."

"Lo pacaran ya sama dia?"

Aza menganggukkan kepalanya. Aza sedikit tidak nyaman dengan pertanyaan Javas.

"Yaudah gue pulang dulu ya." Javas beranjak dari duduknya. Raut mukanya berubah drastis.

Aza melihat perubahan eskpresi Javas. Dia mengeluarkan nafasnya dengan kasar.

"Sorry lama tadi nggak sengaja ketemu sama Gifa." Naresh duduk di samping Aza dan memberikan sebotol air mineral.

Aza menerima dan meminumnya. "Gifa siapa?"

"Salah satu personil StoRa. Bener ya cerita orang-orang klo kamu nggak terlalu peduli buat kenal sama orang-orang baru."

"Lagian mereka juga belum tentu kenal sama aku kan?!"

Naresh terkekeh mendengar kata Aza. "Kata siapa? Hampir semua sekolah tau kamu sayang. Hampir semua suka sama kamu malah."

Aza bingung dengan kata-kata Naresh. "Suka? Semua?" Aza memasang muka bingung.

"Iya. Suka sama kamu karena kamu itu ramah banget. Gampang banget buat senyum ke orang ya walaupun kamu nggak kenal dia. Kan cute smile."

"Tapi yang sayang ya cuma aku lah." goda Naresh membuat Aza salting.

"Punya bakat gombal juga ternyata." Aza tersenyum mengejek Naresh.

***

"Klo gue kalah gue boleh minta apa aja ke elo ya?!" tantang Safura yang berdiri di pinggir panggung.

"Iya. Tapi klo gue kalah gue boleh minta apa aja ke elo."

"Siap." jawab Safura yakin. Dia yakin klo dirinya akan menang dan dia pasti akan memanfaatkan Yasa.

Sore ini Safura dan Yasa. Mereka berdua sedang mengikuti lomba prestasi di pusat toko buku. Hadiahnya hanya makan gratis di salah satu restoran ternama. Tapi mereka tidak menganggap itu penting. Mereka hanya ingin beradu siapa yang lebih cerdas.

Memang orang berotak cerdas kumpul beda mainnya sama orang berotak biasa aja ya.

Mereka saling berebut jawaban dari pertanyaan yang di berikan oleh panitia. Skor sementara Safura lebih unggul.

MAFAZATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang