MAFAZA 17

23 1 0
                                    

Panas terik matahari menambah cahaya semakin cerah. Membakar kulit-kulit manusia yang tidak berusaha menyingkir dari sinarnya.

Mafaza mengendarai motor maticnya melewati padatnya jalan raya. Dia ingin ke rumah Safura. Sudah satu bulan masalah mereka belum selesai.

Ponselnya bergetar di dalam slingbag miliknya. Dia menepikan motornya dan mengambil ponselnya.

"ASSALAMU'ALAKUM....KENAPA BUN?" Aza sedikit teriak karena suara jalan raya yang sangat berisik.

"Wa'alaikumsalam. Kamu dimana? Ini Naresh kerumah."

"Aku mau kerumah Safura dulu. Ada tugas. Temenin Bunda dulu aja ya. Kalo nggak ya suruh pulang aja." jawab Aza berbohong.

"Kamu itu keluar rumah nggak pamitan dulu. Yaudah hati-hati ya sayang. Assalamu'alaikum."

"Iya. Wa'alaikumsalam."

Aza mematikan ponselnya dan melanjutkan perjalanannya. Dia sengaja tidak menceritakan permasalahan Zavarasha dengan Bundanya dan Naresh karena Aza merasa mereka tidak perlu tau.

Sesampainya di depan rumah Safura. Dia memarkirkan motornya dan jalan masuk. Dia melihat sekeliling rumah Safura yang sepi.

"Ada dirumah nggak ya?!" batin Aza

Dia mengetuk pintu beberapa kali sebelum pintu terbuka.

"Ra...." panggil Aza yang melihat Safura membuka pintu.

Safura tersenyum melihat Aza. Dia langsung memeluk Aza. Dan Aza membalasnya. Tanpa kata-kata mereka hanya berpelukan dengan senyum bahagia.

Ayesha keluar dari rumah Safura. Dari pagi dia main di rumah Safura. Dia memeluk kedua temannya. "Gue kangen." ucapnya tersenyum.

Setelah adegan berpelukan mereka bertiga berkumpul di kamar Safura. Mereka duduk di atas kasur. Asik membahas make up, korea, dan gosip-gosip artis yang sedang viral.

Safura beranjak ke meja belajarnya. "Lo masih sama Naresh?" tanyanya tanpa menatap Aza yang masih membaca majalah beauty.

"Iya lah." jawab Aza singkat.

Ayesha tersenyum sinis. "Tumben awet." ejeknya.

"Sialan lo. Dia baik banget sama gue." ucap Aza mengambil ponselnya di saku celananya.

"Lo beneran cinta sama Naresh?"

Aza menganggukan kepalanya. Dia menaruh ponselnya di samping pantat dan menatap Ayesha. "Insya allah yakin." ucapnya.

Safura menghadap ke Aza dan Ayesha. "Javas gimana?" dia masih merapikan meja belajarnya.

"Inget...dia udah milik Mishall sejak 2 tahun yang lalu." sambung Ayesha dan juga menatap Aza intens.

Aza mengambil ponselnya. "Entahlah. Mungkin Naresh yang terbaik buat gue." ucapnya sambil melihat siapa yang sedari tadi membuat ponselnya bergetar.

Kening Aza berkerut. Merasa heran dengan WA yang barusan masuk.

Faris
Za lo sibuk nggak? Temenin gue beliin barang buat Ava yuk!! Habis itu kita kerumah dia. Lo kan lebih tau barang kesukaannya dia apa aja.

"Kenapa lo?" tanya Ayesha mengernyitkan keningnya.

"Faris WA gue nih." Aza menatap Ayesha bingung. Dia memberikan ponselnya dan menunjukkan isi WA dari Faris. "Gila....dia ngajak gue nemenin dia buat beli barang kesukaannya Ava. Gimana dong?!"

Safura yang duduk di kursi dekat meja belajar menarik kursinya mendekat ke kasur. "Lo masih suka sama Faris?" tanyanya menyelidik

"Gila lo. Ya nggak lah." jawab Aza sambil mengibaskan tangan kanannya ke depan Safura.

MAFAZATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang