MAFAZA 45

12 3 3
                                    

Sudah seminggu Gasta menyelesaikan masa skorsnya. Hari ini dia merasa seperti murid baru di sekolahnya. Dia jalan dengan santainya. Sesekali senyumnya terlihat saat melihat temannya yang berbeda kelas. Atau adik kelas yang dia kenal.

"Gastaaaaa...." teriak Mafaza yang langsung lompat dan merangkul bahu Gasta.

"Ciiieeee yang udah masuk sekolah lagi." goda Mafaza mencolek pipi kanan Gasta.

"Apaan sih lo. Ganjen amat." omel Gasta. Dia melepas tangan Mafaza.

"Sok jual mahal." gerutu Mafaza yang balik cemberut.

Gasta mencubit kedua pipi Mafaza. "Gitu aja ngambek." godanya tertawa lebar sampai terlihat deretan gigi-giginya.

"Elu sih nggak asik."

Mereka jalan menelusuri lorong. Beberapa murid yang duduk di sisi lorong menatap dan tersenyum kearah mereka berdua.

"Seminggu lagi lo ulang tahun ya. Makin tua ya lo."

"Eh eh gue sama lo tuaan lo ya."

"Cuma beda 4 bulan doang."

"Ya tetep aja tua."

"Iya deh iya. Mau bikin acara apa?"

"Sederhana aja. Gue cuma undang sahabat-sahabat gue aja."

Ponsel Gasta bunyi.
"Bentar ya." pamitnya pergi meninggalkan Mafaza yang menatap heran dirinya.

"Hallo Yah. Ada apa?" tanyanya. Dia berdiri di bawah tangga.

"Ayah udah sampai di Indonesia. Kamu dimana?"

"Loh kok nggak bilang Gasta? Gasta sekolah Yah."

"Kan surprise. Yaudah Ayah udah di hotel Lucas. Pulang sekolah langsung kesini ya."

"Oke siap." jawab Gasta tersenyum lebar dan mematikan ponselnya.

"Siapa?"

Suara Mafaza membuat Gasta mengelus dadanya kaget. "Lo nguping ya?" kedua mata Gasta menyipit mencurigai Mafaza.

"Nggak. Asal nuduh aja lo. Gue dateng lo udah senyum kayak orang gila."

Gasta memeluk bahu Mafaza. "Masuk kelas kuy." senyumnya sangat lebar.

Mafaza menatap Gasta penuh curiga. Dia baru melihat sikap Gasta yang terlihat sangat bahagia.

Mereka berdua masuk ke dalam kelas yang sudah berisik di penuhi suara murid-murid. Ada yang duduk di atas meja dan bernyanyi seperti bintang idol. Dan ada yang asik dengan bukunya.

Gasta dan Mafaza memilih duduk bersebelahan. Mereka berdua saling bertatapan dan memasang muka malu setelah melihat Rauf dan Ava yang bergantian bernyanyi di depan kelas.

"Karena ku selow....sungguh selow...tetap selow....santai santai. Ku yakin Tuhan berikan."

Suara Rauf menggelegar di dalam kelas. Membuat teman-temannya menutup telinga mereka.

"Bisa diem nggak lo?" teriak Gasta dan tawa Mafaza pecah.

"Berisik amat sih. Kalian berdua pacaran aja dah sana." jawab Ava dengan seenaknya.

"Lo aja sama Rauf sana. Cocok." teriakan Mafaza bersama tawa seisi kelas.

"Sorry ya gue setia sama Fariz. Lagian gue juga nggak mau sama dia."

"Idih gue juga ogah sama lo." Rauf membalas omongan Ava.

Gasta tertawa bahagia. Dia melihat Mafaza yang juga tersenyum lebar. "Gara-gara lo kelas tambah berisik."

"Nggak pa-pa. Biar ada yang asik buat diliat."

***

Gasta duduk tak tenang di lobby hotel. Kepalanya menengok ke kanan kiri. Sesekali melihat jam tangan miliknya.

"Gasta."

Gasta berdiri. Bibirnya tersenyum lebar melihat Ayahnya yang terlihat sangat baik. Dia langsung memeluk Ayahnya dan di balas dengan usapan punggung lembut Ayahnya.

"Udah besar ya kamu. Tambah ganteng aja." goda Ayah yang masih dalam pelukan Gasta.

Gasta melepas pelukannya. "Iya dong. Kan mirip Ayah. Kapan balik ke Jepang?"

"Baru aja sampe Indonesia udah di suruh pulang ke Jepang."

Gasta duduk di sofa lobby. "Bukan gitu Yah." Senyumnya masih saja merekah di bibirnya.

"Kamu mau ikut Ayah nggak?" pertanyaan Ayahnya membuat kening Gasta berkerut.

"Maksudnya?"

"Ikut Ayah ke Jepang dan tinggal di sana. Soal sekolah nanti bisa sekolah di sana." Tangan Ayah memegang bahu Gasta.

Pikiran Gasta mulai tidak tenang. Banyak hal yang dia pikirkan. Banyak hal yang membuat dia susah untuk menerima keinginan Ayahnya.

Ayah menepuk bahu Gasta. "Ayah nggak pengen kamu buru-buru ambil keputusan. Ayah sabar nunggu kamu. Ayah tahu kamu pasti mikirin Mafaza kan? Nggak cuma Kipi juga pasti."

Gasta menatap heran Ayahnya. Dia kaget Ayahnya bisa tahu nama Mafaza.

Ayah tersenyum. "Nggak usah kaget gitu. Ayah tahu semuanya dari Byakta."

"Kok bisa ketemu Ayah?"

"Nggak ketemu. Dia telfon Ayah setelah Ayah terlfon kamu pertama kali."

Otak Gasta flashback ke rumah Mafaza. Otaknya menemukan Byakta yang meminjam ponselnya saat kumpul di gazebo. Setelah Gasta di telfon Ayahnya untuk pertama kalinya. "Dia cerita apa aja?"

"Banyak. Termasuk kamu yang gonta ganti pacar. Ternyata ketampananmu bermanfaat ya nak." Ayah selalu menggoda Gasta. Dia bahagia melihat anaknya yang sudah dewasa. "Kalo kamu setuju ikut Ayah. Seminggu lagi kita terbang ke Jepang."

"Seminggu lagi? Cepet banget Yah." pikiran Gasta langsung ke acara ulang tahun Mafaza.

"Iya. Ayah harus urus pekerjaan Ayah."

"Ayah kerja apa sekarang?"

"Ayah jadi salah satu CEO di Sony."

"Waaahhhh hebat..."

"Ya semua berkat usaha, kerja keras dan doa Gasta." Ayah tersenyum. Ucapannya sedikit memotifasi anaknya. "Ayah tunggu kabar baiknya." Sekali lagi tangannya memepuk bahu Gasta. "Masuk ke kamar Ayah aja yok!!"

Gasta mengangguk. Dia tersenyum lebar. Hatinya sangat bahagia sekarang. Dia merasa ingin selalu bersama Ayahnya.

TBC

JANGAN LUPA VOMMENT :)

MAAF YA UPDATE LAMA. LAGI BANYAK URUSAN BANGET NIH HEHEHE MAKASIH UDAH MAU NUNGGU YA :)
SELALU SETIA SAMA MAFAZA YA :)

MAFAZATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang