MAFAZA 31

29 3 0
                                    

Mafaza bangun tidur dengan senyuman indahnya. Dia menatap jendela kamarnya yang sudah menampakkan cahaya. Dia melihat jam dinding yang menunjukkan jam 7 pagi.

Dia beranjak dan melakukan aktifitas mandinya. Dia sangat bersemangat menyambut hari ini. Dia menikmati aktifitas mandinya dengan ceria. Hari ini dia ada janji dengan Javas. Untuk pertama kalinya mereka pergi berdua setelah beberapa minggu mereka resmi pacaran.

Dia mengambil sweater putih bertulis FILA dan celana jeans hitam. Dia duduk di meja riasnya. Memoles mukanya dengan bedak tipis dan lipgloss di bibirnya yang merah. Dia mengepang rambutnya menjadi dua. Sangat imut.

"Bundaaaaa....Aza ijin main keluar sebentar ya." kebiasaan Mafaza teriak sambil menuruni anak tangga.

Bundanya yang masih menonton tv bersama Afkar menggelengkan kepalanya. Tingkah Aza semasa kecil sampai sekarang masih saja ada. "Mau kemana kamu?" tanya Bunda.

"Pacaran dong." jawabnya sombong. Dia sudah berdiri di samping Afkar dan melirik Afkar.

"Lo punya pacar? Siapa?" Afkar mengernyitkan keningnya. Baru sekarang dia tau adiknya punya pacar.

"Cie yang baru jadian masih anget-angetnya. Tuh suara mobil Javas udah ada di depan rumah. Inget ya. Jangan sampai malem. Nanti Ayah pulang jam 7 malem." peringatan Bunda membuat Aza mengangguk.

Saat ini cuma Bunda yang tau. Dan Afkar yang baru saja tau. Awalnya Bunda kaget dan tidak setuju. Tapi setelah Bunda melihat Mafaza sangat bahagia Bunda ikut bahagia. Sebenarnya Mafaza belum boleh diijinkan pacaran. Karena mereka ingin Mafaza fokus sekolah.

Afkar melihat tingkah adiknya yang kegirangan. Di fikirannya terlintas nama Zar dan Rauf.

Javas sudah berdiri di samping mobilnya. Dia juga memakai sweeter dan celana jeans. Dia tersenyum lebar melihat pacarnya yang terlihat sangat manis. "Kamu cantik banget sih." ucapnya membuat Mafaza semakin tersipu malu.

"Berarti aku cantik cuma hari ini?"

Javas mencubit kedua pipi Mafaza. "Gitu aja ngambek." ejeknya.

"Kamu belum punya sim kan? Nanti kalo ada polisi gimana?"

"Ya berdoa aja nggak sampe kena tilang." jawab Javas santai. "Udah buruan masuk." perintahnya membuka pintu mobil untuk Mafaza.

Mafaza tersenyum lebar. "Makasih sayang." ucapnya menggoda Javas.

Javas tertawa lebar. Dia merasa geli melihat tingkah pacarnya yang polos.

***

Jam 4 sore Afkar meminta Rauf dan Zar bertemu di cafe milik Bundanya. Dia sudah 5 menit menunggu anak kembar yang belum tercium batang hidungnya. "Lama banget tuh bocah." gerutunya sembari melihat jam tangan miliknya.

"Sorry Bang kita telat." ucap Rauf menepuk bahu Afkar membuat Afkar kaget. Dia duduk di samping Afkar.

Afkar melihat orang-orang yang Zar dan Rauf bawa. "Mereka siapa?" tanyanya menunjuk Gasta dan Byakta.

Zar, Gasta dan Byakta duduk berhadapan dengan Afkar dan Rauf. "Dia temen sekelas kita. Temennya Mafaza juga." jawab Zar membuat Gasta dan Byakta mengernyit.

Zar merasa dirinya mendapat tatapan aneh dari kedua sahabatnya. "Dia kakaknya Mafaza. Jagonya balap mobil." jawab Zar membanggakan Afkar.

Afkar terkekeh mendengar pujian Zar.

"Udah dia makin ge-er dapet pujian." goda Rauf melirik Afkar yang makin terkekeh. "Ada apa bang nyuruh kita kesini?"

"Lo kenal sama yang namanya Javas nggak?" Afkar memulai pembahasan serius.

MAFAZATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang