Safura si gadis mungil sedang mengotak ngatik angka matematika di buku tulisnya. Otaknya berfikir sampai keningnya sesekali berkerut.
"Ini gimana sih Yas?" tanya Safura yang ternyata sudah menyerah.
Yasa tersenyum melihat ekspresi Safura yang terlihat kebingungan. Dia pelan-pelan menuntun Safura melewati angka-angka matematika yang membuat semua murid bahkan manusia merasa mual.
"Jelas kan?" tanya Yasa menatap Safura yang duduk di sampingnya.
Safura mengangguk mantap. Dia tersenyum bahagia setelah berhasil menyelesaikan tugas.
Ya walaupun anak IPS tapi tetap harus bertemu dengan mata pelajaran yang membuat pening kepala.
"Kantin yok Yas. Gue laper nih." ajak Safura dan beranjak dari duduknya.
Yasa menganggukkan kepalanya.
"Gengs...gue kantin dulu ya sama Yasa. Lo nitip apa?" Safura menengok ke bangku Ayesha dan Aza yang duduk di deretan belakang.
"Nggak deh. Gue lagi nggak pengen apa-apa." jawab Ayesha
"Gue juga." sambung Aza.
Aza dan Ayesha saling melempar pandangan. Alis mereka terangkat. Bibir mereka tersenyum merekah.
"Kayaknya bakal ada yang nyusulin Ava deh." ucap Aza.
"Iya gue juga mikir gitu. Mudah-mudahan sih mereka jadian ya. Cocok soalnya."
"Lo nggak sama Wastu? Biasanya juga dia kesini walaupun cuma 5 menit."
Ayesha membenarkan rambutnya dengan jari-jarinya. "Dia lagi latihan sama Naresh."
Aza membelakkan matanya. "Siapa? Latihan sama siapa?"
"Naresh. Kenapa?" Ayesha mengernyitkan keningnya. Dia mencurigai sesuatu.
"Latihan band kan? Naresh anak band?" nada suara Aza terdengar sangat antusias.
Ayesha mengambil cemilannya yang ada di atas meja. "Iya dia vocalis. Lo nggak tau? Astaghfirullah Za....lo tuh udah terkenal dengan sebutan cute smile tapi nggak kenal sama murid SMA Taruna." Ayesha menggelengkan kepalanya.
"Lo pikir gue sensus pendidikan di SMA Taruna." gerutu Aza memanyunkan bibirnya.
"Ya seenggaknya lo tau lah yang seangkatan sama kita. Apalagi sama vocalis SMA kita yang udah terkenal sampe di luar sekolah. Bahkan di cafe-cafe juga."
"Masak sih? Mereka sering tampil di cafe?"
Ayesha memukul jidatnya sendiri dengan telapak tangan kirinya. "Duh punya temen kok cupu amat gini sih."
"Ava kemana sih?"
"Biasalah pacaran sama Faris."
Tubuh Aza menegang. Jantungnya berdetak hebat. Dirinya menjadi seperti tidak terima dengan jawaban Ayesha tadi. Entah kenapa dia seperti sahabat yang jahat untuk Ava.
Aza beranjak dan pergi keluar kelas.
Ayesha mengernyitkan keningnya. "Mau kemana lo?" tanyanya heran dengan sikap Aza.
"Cuma mau ke depan." jawabnya santai tanpa menengok ke Ayesha.
Ayesha beranjak menyusul Aza.
Aza jalan dengan santai tanpa melihat kiri kanan. Tubuhnya merasa di dorong dengan tenaga dari sebelah kirinya. "Aaawwww...." teriak Aza kesakitan. Tubuhnya mencium lantai dengan keras.
"Klo jalan liat-liat. Buat apa punya mata." ucap Nia dengan senyum sinisnya.
Ayesha lari mendekati Aza. Dia membantu Aza untuk berdiri. "LO SENGAJA YA." teriak Ayesha yang sudah emosi tidak terima melihat sahabatnya di perlakukan seperti itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
MAFAZA
Teen FictionKenangan bukanlah hal buruk yang harus bisa menghilang dari ingatan. Tetapi kenangan adalah warna-warni cerita kehidupan tanpa kita inginkan sekalipun. Mafaza Flor Simran gadis berusia 17 tahun memiliki keluarga dan sahabat yang selalu memberikan ka...