MAFAZA 5

56 5 0
                                    

Rasa suka muncul karena rasa peduli. Dan rasa peduli muncul karena rasa ingin memiliki. Tapi jangan ada rasa ingin memiliki hanya untuk rasa ingin melindungi.

Kedua kaki Gasta bergerak santai di atas meja. Tangannya memegang sebatang rokok yang sudah siap dia hisap. Pandangannya menatap temannya yang bernama Katon yang sama-sama sedang menghisap rokok.

"Mau sampe kapan lo kabur dari rumah?"

Gasta hanya mengangkat kedua bahunya.

Tidak ada keinginan untuk pulang kerumah. Gasta sudah lelah dengan kondisi keluarganya.

Gasta Badra Donahue anak tunggal dari keluarga Donahue yang mempunyai perusahaan elektronik ternama di berbagai negara asia. Ibunya bernama Fellicia berprofesi sebagai pengrajin batik yang sudah go internasional. Orang tuanya berpisah semenjak usia Gasta 10 tahun. Hak asuh Gasta ada di tangan ibunya. Namun Gasta merasa ibunya sudah tidak memperdulikan dirinya bahkan ayahnya pun sudah pindah keluar negeri tanpa memberi kabar ke Gasta.

Gasta semakin menjadi anak pemberontak setelah tau ibunya akan menikah lagi dengan seorang aktor yang sedang naik daun. Umurnya terpaut 10 tahun lebih muda dari ibunya. Felicia memiliki seorang anak laki-laki berumur 3 tahun dari pernikahan barunya. Inilah yang menyebabkan Gasta menjadi anak nakal yang susah diatur.

"Preman kampung pelangi nantangin kita besok. Lo mau ikut?" suara Tomi yang berdiri dari balik jendela.

"Oke." jawab Gasta tanpa memikirkan apa-apa.

Gasta Badra Donahue. Cowok pemberontak yang jago berkelahi. Banyak musuh-musuhnya di luar sekolah yang selalu mencari masalah dengan dirinya. Dan sampai sekarang belum ada yang sanggup mengalahkan keahlian berkelahinya.

"Bro coba liat. Ada cewek cantik. Makanan nih." teriak Toni dengan senyum lebar.

Katon dan anak-anak lainnya berjalan kearah Toni berdiri. Pandangannya kesosok gadis manis yang sedang bingung mencari sesuatu.

"Gila. Masih SMA. Kayaknya masih virgin juga." tambah temannya yang berdiri di samping Toni.

Gasta berbeda dengan teman-teman gengnya diluar sekolah. Mereka terkenal sangat liar. Entah itu dalam berkelahi maupun dalam pergaulan seks. Gasta masih bisa mengontrol pergaulan seksnya. Gasta tidak pernah ikut campur untuk urusan wanita. Karena senakal nakalnya Gasta, dia masih sangat bisa menghargai wanita.

"Kayak pernah liat......oh iya itu bukannya temen lo Gas?" Katon memutar pandangannya kearah Gasta yang terlihat tidak memperdulikan reaksi teman-temannya.

"Lo pernah upload foto dia bareng temen-temen lo kayaknya." sambung Katon yang masih menatap Gasta.

Gasta beranjak dan jalan ke kerumunan para cowok. Kedua mata Gasta menyipit. Keningnya berkerut setelah liat siapa gadis yang Katon maksud.

"Jangan pernah sentuh dia sedikit pun kalo kalian nggak mau mati di tangan gue". mata Gasta menyorotkan kemarahannya. Rahangnya mengeras dan tangannya mengepal.

"Ih serem deh." goda Katon tersenyum lebar.

Dari balik jendela Gasta melihat Aza memarkirkan motornya di depan gedung tua yang sudah tak berpenghuni. Kumuh, kotor, dan gelap.

Aza jalan dengan langkah hati-hati. Matanya mencari sosok yang dia cari.

"Ngapain lo?" Gasta berdiri di depan pintu yang sudah rapuh.

Aza melihat sosok yang memanggil dirinya. Dia lari ke arah Gasta berdiri. "Lo ngapain disini? Ayok pulang." Aza menarik tangan kanan Gasta.

Gasta langsung menepis tangan Aza. Tatapannya penuh amarah. "Darimana lo tau tempat ini?"

MAFAZATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang