Ekstra Part : Harapan

13 5 2
                                        

Gasta duduk santai di kantin kampus. Sambil menikmati hisapan rokok miliknya. Memandang manusia-manusia yang berlalu lalang. Sibuk dengan kegiatan mereka. Membawa tas, laptop dan segunung kertas. Langit cerah menyambutnya hari ini.

"Nasib orang jomblo." ejek Zar yang datang membawa minuman dan makanan yang sudah dia pesan.

"Ngaca woy." jawab Gasta dengan tawa.

Zar mulai menyuapkan makanannya  "Lo nggak mau ketemu sama Aza?" tanyanya dengan mulut yang masih penuh.

"Emang dia mau ketemu sama gue?" tanya Gasta balik.

"Sejak kapan lo pesimis soal Aza?"

"Entahlah. Gue liat ekspresi dia kemaren. Sakit banget hati gue."

"Dia sibuk boy. Maklumlah...lagian lo juga sih ngapain pengen kasih surprise segala. Sok romantis."

Gasta tertawa. Dia menyadari. Kedua matanya meneliti setiap manusia yang melintas.

"Bukannya itu Aza?" suara Zar membuat pandangan Gasta beralih ke arah yang Zar tunjuk. "Ngapain dia kesini?"

"MasyaAllah cantiknya." ucapan Gasta mendapat tawa dari Zar. Tatapannya masih melihat gerak gerik Mafaza.

Zar mengambil ponsel yang ada di saku celananya. "Hallo Za...lo ngapain ke kampus gue?"

"Sejak kapan kampus ini jadi milik lo?!" jawab Mafaza yang sengaja Zar aktifkan tombol speaker.

"Hahahaha....samperin gue di kantin." perintah Zar dan langsung menutup ponselnya.

Gasta merapikan pakaiannya. Dia matikan rokok yang sudah dia hisap dari tadi.

Zar mengernyitkan kening melihat tingkah Gasta yang aneh. Tawanya keluar. "Lo kelamaan tinggal di Jepang jadi makin aneh." ucapnya menggelengkan kepala heran.

Gasta terkekeh. Kedua matanya mengikuti langlah Mafaza yang semakin mendekat.

"Nggak usah gugup gitu. Kayak anak perawan lo." omel Zar ke Gasta.

Mafaza duduk di samping Zar. Pandangannya langsung tertuju ke Gasta. Dia tidak tahu akan ada Gasta di sana. Dia menaruh totebag dan tas laptopnya di atas meja.

"Ngapain lo ke sini?" tanya Zar langsung tanpa basa-basi.

"Gue mau ketemu Lucas."

"Oooo pengikut lo itu."

"Kalo ngomong." omel Mafaza melirik tajam Zar. "Pesenin gue minuman dong!!" perintah Mafaza.

Zar dan Gasta bersamaan melihat Mafaza. Mafaza mengernyitkan keningnya. "Kenapa?" tanyanya.

"Oke siap bos." Zar beranjak dan pergi meninggalkan Mafaza dan Gasta.

Mafaza tertawa geli melihat ekspresi sahabatnya. Dia berpindah pandangan ke Gasta. Senyumnya terukir manis menenangkan. "Ke sini ngapain?"

"Main aja." jawab Gasta singkat.

Mafaza mengangguk. Dia beralih ke tas yang dia bawa. Mengeluarkan berlembar-lembar kertas. Tumpukan skrip yang dia bawa.

"Sibuk banget ya?" Gasta melihat Mafaza.

"Iya nih. Masih banyak banget yang harus di selesaiin. Capek banget gue." keluh Mafaza panjang lebar.

Gasta sedih melihat tubuh Mafaza yang terlihat lebih kurus di banding masa SMA. "Berat badan lo turun berapa?"

Mafaza nyengir. Baru kali ini ada orang yang menyadari kekurusannya. "Turun 5kg. Tapi nggak keliatan kan. Soalnya temen-temen gue yang lain nggak sadar. Cuma lo yang tanya ini."

MAFAZATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang