Hari minggu yang cerah. Naresh dan Aza pergi ke salah satu bioskop yang ada di kota. Mereka memilih menonton film Avengers yang masih menjadi topik hangat di masyarakat Indonesia.
Aza duduk di sofa sedangkan Naresh membelikan popcorn dan cola untuk cemilan nonton nanti. Naresh tau kalau Aza senang sekali ngemil.
Sudah hampir sebulan Naresh dengan Aza dekat dan sering pergi jalan berdua. Entah itu hanya mencari makan atau hanya main-main.
"Masuk yuk. Udah mau mulai." ucap Naresh berdiri di depan Aza dan membawa 1 popcorn 2 cola.
"Makasih ya." Aza berdiri dan mengambil cola dari tangan Naresh.
Naresh jalan di belakang Aza. Dia melindungi Aza dari orang-orang yang selalu ingin menyenggol bahu badan. Naresh menatap tajam orang yang menyenggol badan Aza dan membuat Aza kesakitan. Karena terlalu banyak euforia orang-orang yang ingin menonton sehingga desak-desakan adalah konsekuensinya.
"Awww..." teriak Aza memegang kaki kanannya yang diinjak orang di sampingnya.
"SANTAI DONG MAS. BISA BIASA AJA NGGAK JALANNYA." teriak Naresh dengan emosi.
"Sorry mas....sorry." orang itu meminta maaf ke Naresh dan Aza.
Naresh menghiraukan permintaan maaf orang itu. Dia merobos dan menarik tangan Aza untuk jalan lebih cepat. Mereka berdua duduk di kursi C3 dan C4.
"Mana liat kaki lo." ucap Naresh
"Udah nggak sakit kok Resh. Lo tadi jangan bentakin orang itu. Cuma keinjek doang." Aza merasa Naresh terlalu berlebihan.
"Reflek Za. Lo nggak pa-pa kan?" Naresh menatap Aza dengan tatapan khawatir.
"Nggak pa-pa Resh." jawab Aza singkat dan tersenyum.
Aza merasa Naresh orang yang perhatian. Naresh selalu berusaha melindungi Aza setiap mereka jalan berdua. Entah itu hal sekecil apapun.
Seperti Naresh yang selalu melindungi kepala Aza setiap Aza masuk mobil Naresh atau sebelum ketemu Aza dia selalu membelikan makanan atau cemilan untuk Aza.
Setelah 2 jam lebih duduk santai di kursi XXI. Cacing-cacing di perut mereka merasa lapar. Mereka jalan ke salah satu resto jepang.
"Lo mau pesen apa?" tanya Naresh sambil membaca buku menu.
"Salmon sushi aja."
Naresh menatap Aza curiga. "Yakin cuma itu? Ntar ngomel masih laper." ejek Naresh dengan senyumnya.
"Ngejek nih ceritanya." gerutu Aza melirik Naresh.
Naresh mengeluarkan tawanya. Dia suka melihat Aza ngambek. Dia suka menggoda Aza. Dia suka semua yang ada di diri Aza. Sedetikpun Naresh tidak memalingkan pandangannya selain menatap Aza. Dia merasa nyaman bersama Aza. Matanya merasa sejuk jika melihat Aza.
"Aza...Naresh....kalian ngedate?" Ava duduk di samping Aza dan Faris duduk di samping Naresh. Ava dan Faris juga ingin makan di resto jepang dan tidak sengaja melihat Aza dan Naresh.
"Ngedate pala lo. Lo habis dari mana?" tanya Aza sesekali mencuri pandang ke Faris.
"Biasalah pacaran." Ava memegang tangan Faris dengan manja.
"Kalian berdua ngapain?" tanya Faris ke Naresh.
"Makan lah bro. Masak gue ngemis di sini." Naresh berusaha mengeluarkan recehnya.
"Serius men. Lo ada apa sama Aza?" Faris menatap Naresh dan Aza bergantian.
Naresh menatap Aza yang sedang sibuk mengobrol dengan Ava. "Jalan doang. Tadi habis nonton trus laper ya makan di sini."

KAMU SEDANG MEMBACA
MAFAZA
Teen FictionKenangan bukanlah hal buruk yang harus bisa menghilang dari ingatan. Tetapi kenangan adalah warna-warni cerita kehidupan tanpa kita inginkan sekalipun. Mafaza Flor Simran gadis berusia 17 tahun memiliki keluarga dan sahabat yang selalu memberikan ka...