Mata pelajaran pertama kosong. Anak-anak kelas XII IPS 2 sibuk dengan kegiatan mereka masing-masing. Ada yang tidur, main game, gosip, belajar buat anak-anak yang rajin dan berotak encer, dan ada juga yang keluar kelas main basket, bahkan ke kantin markas utama para siswa siswi.
Safura yang notabenya anak rajin dan cerdas sibuk membaca buku-buku pelajaran. Dia duduk di bangku depan dengan Yasa. Akhir-akhir ini kedekatan mereka lebih intens.
Sering mereka jalan berdua entah di sekolah atau di luar sekolah. Mereka sering belajar bareng. Yasa juga sering main ke rumah Safura.
"Nanti malem main yok!!" ajak Yasa yang duduk di samping Safura.
"Kemana?" tanyanya menatap Yasa dengan imut.
"Nonton gimana?"
"Oke." Safura melihat Yasa dengan tatapan kagum, tatapan terpesona. Senyumnya merekah di bibir mungilnya.
"Mungkin ini udah waktunya gue lupain Faris." batin Safura
Setiap anak Zavarasha kumpul. Ava kadang ajak Faris ikut gabung dan itu membuat Safura sangat tidak nyaman. Dia selalu berusaha fokus ke anak Zavarasha saja dan tidak menganggap Faris ada. Sikap Safura menjadi sedikit berubah setiap ada Faris.
Ava dan Faris duduk di kursi belakang Safura dan Yasa. Berhubung kelas Faris juga ada jam kosong dia samperin Ava ke kelas.
"Kamu hari ini bawain bekal apa yang?" tanya Faris tersenyum kearah Ava.
"Cuma nasi goreng seafood. Aku kesiangan jadi bikinnya cuma itu." jawab Ava memanyunkan bibirnya sok manja.
Tangan kanan Faris menyentuh puncak kepala Ava dengan lembut. "Nggak pa-pa. Aku udah seneng kok." jawabnya dengan senyum.
"Eh ternyata orang sadis bisa care banget ya. Pake masak segala lagi" ejek Ayesha yang duduk di belakang Ava.
Semenjak Ava pacaran dengan Faris banyak perubahan yang positif di diri Ava. Biasanya dia yang sering cuek, males, sadis tapi sekarang dia sudah sedikit ada sifat care dan rajin walaupun sedikit. Sampe di bela-belain masak untuk sang pujaan hatinya. Padahal dia aslinya nggak bisa masak dan dia rela kursus masak sama mamanya.
"Nguping aja lo." omel Ava menatap Ayesha yang masih terkekeh.
"Yaaahhh sadisnya tetep masih ada." ucap Ayesha.
"Dia cuma iri aja." ucap Faris melerai pacarnya yang akan menjadi brutal.
"Dih sorry ya....gue udah kenyang sama romantis-romantis kayak gitu." Ayesha menyombongkan dirinya.
"Eh Sa lo nanti mau ikut gue ke toko buku nggak? Gue sama Faris mau cari novel Sin. Klo nggak sekarang nanti bakal sold out lagi. Kita kan dari kemaren kehabisan mulu." ajak Ava menatap punggung Safura.
Safura menengokkan kepalanya. Dia menatap Faris sedetik lalu mengalihkan pandangannya ke Ava. Raut mukanya terlihat tidak suka. "Nggak deh. Gue ada janji sama Yasa." jawabnya. Dia memaksakan bibirnya untuk tetap tersenyum.
"Ciiiieeee kalian jadian ya? PJ woi." ejek Ava melihat Safura dan Yasa bergantian.
Gigi-gigi putih Safura tampil dengan rapi. Dia menatap Ava dengan senyum lebarnya. "Doain aja ya." jawab Safura semakin membuat Ava penasaran. Sesekali Safura mencuri pandang ke Faris tapi Faris tidak memperdulikan itu. Tatapan Faris tetap biasa. Tidak ada tatapan bersalah sama sekali.
Diam-diam Ava melihat gerak-gerik Safura. Dia merasa semakin curiga dengan sahabatnya itu. Dia semakin curiga perubahan sikapnya ketika ada Faris.
Ayesha juga diam-diam melihat Ava dan Safura dari tempat duduknya. Dia merasa kasian dengan Safura dan Ava.
"Semakin dekat. Mudah-mudahan nggak akan terjadi hal buruk". batin Ayesha
KAMU SEDANG MEMBACA
MAFAZA
Teen FictionKenangan bukanlah hal buruk yang harus bisa menghilang dari ingatan. Tetapi kenangan adalah warna-warni cerita kehidupan tanpa kita inginkan sekalipun. Mafaza Flor Simran gadis berusia 17 tahun memiliki keluarga dan sahabat yang selalu memberikan ka...