Setelah dari nonton StoRa tampil. Kipi tancap gas menuju club dengan kendaraan mereka masing-masing. Zar dan Rauf dengan mobil milik mereka berdua. Byakta dengan mobilnya sendiri. Dan Gasta dengan motor ninjanya. Bukannya Gasta tidak sanggup atau tidak punya mobil. Gasta lebih nyaman naik motor.
Suasana club malam yang sangat ramai. Banyak para remaja menikmati alunan menikmati musik dj. Berjoget sesuka mereka. Dan meminum sesuka mereka.
Gasta, Zar, Byakta, dan Rauf duduk di sofa lantai 2. Tempat favorit mereka setiap di club bintang. Terlalu seringnya mereka hafal dengan waiters-waiters sana.
Mereka memesan bir dengan kadar alkohol rendah. Senakalnya mereka, seseringnya mereka minum alkohol tidak sampai mabuk dan menjadi orang gila. Mereka punya batasan sendiri sampai seberapa persen kadar alkohol yg harus mereka minum dengan porsi wajar.
Mereka main domino yang mereka pinjam di salah satu waiters.
"Hari ini dj Ketty main ya?!" suara Rauf meninggi karena suara musik yang sangat keras.
"Lo mau ikutan?" tanya Zar yang duduk di samping Gasta.
"Usaha men....sampe sekarang deketin dia susah banget." curhat Rauf.
Sudah hampir setahun dia mendekati dj Ketty yang seumuran dengan mereka. Dj Ketty anak SMA Risipa. Satu sekolahan sama pacar Byakta. Ketty hanya menyalurkan hobi dj nya saja.
Rauf meneguk minumannya. "Eh nama cewek lo siapa? Lupa gue." tanyanya.
"Kayra." jawabnya yang masih fokus tanding.
"Dia anak dance kan?"
"Iya." Byakta menatap Rauf curiga. "Mau apa lo?" raut mukanya berubah serius.
"Santai bro...cuma buat bahan obrolan ke Ketty." tangannya menepuk bahu Byakta. Dia tersenyum jahil.
"Sama Safura aja lo banyak omong." protes Zar.
"Beda dong say." tangan Rauf sedikit ngondek menggoda Zar. Mata Rauf beralih ke Gasta yang sedari tadi hanya diam dan sedikit tertawa setiap mendengar kerecehan Rauf.
"Lo kenapa sih Gas? Heran gue. Dari tadi diem mulu. Cerita sama kita kalo ada masalah." tanya Rauf membuat Zar dan Byakta melihat Gasta.
"Iya lo kenapa sih? Ada masalah sama Noah?" tanya Zar.
"Tapi nggak mungkin kalo soal Noah dia bisa kayak orang gila gini." tambah Byakta.
Gasta melihat temannya satu persatu. Dia tersenyum tipis. "Noah udah beres. Kemaren kalah sama gue sebelum gue ketemu Aza di taman komplek."
Zar, Byakta, dan Rauf mengernyitkan keningnya. "Taman komplek?" tanya mereka bersamaan.
Gasta mengangguk. "Gue bohong sama dia soal berantem sama komplek sebelahnya. Padahal itu gue ngejar Noah dkk sampai sana. Mereka sembunyi disana."
"Terus yang bikin lo jadi diem gini apa?" Rauf semakin kepo.
"Soal Aza." Dia menatap Byakta. "Gue bingung." tambahnya.
Byakta mendadak kaku. "Maksud lo?" Dia mengernyitkan keningnya. Permainan domino sementara di berhentikan.
"Kemaren waktu gue ketemu dia di taman kota dia lagi nangis. Karena Ava. Gue juga bingung Zavarasha bisa segini lamanya marahan. Kita juga belum ngelakuin apa-apa kan buat mereka deket lagi?!" Gasta berusaha mengalihkan pembicaraan.
"Iya gue juga sama. Nggak enak liat mereka musuhan. Lo semua liat kan tadi Ava keliatan jauhin mereka. Tapi kalo Safura kayaknya udah baik-baik aja gue liat." Rauf memikirkan kejadian tadi di cafe. "Eh bentar...bukan ini kan yang bikin lo jadi diem gini?" Rauf baru menyadari akal bulus Gasta.

KAMU SEDANG MEMBACA
MAFAZA
Dla nastolatkówKenangan bukanlah hal buruk yang harus bisa menghilang dari ingatan. Tetapi kenangan adalah warna-warni cerita kehidupan tanpa kita inginkan sekalipun. Mafaza Flor Simran gadis berusia 17 tahun memiliki keluarga dan sahabat yang selalu memberikan ka...