Ekstra Part : Diam

15 1 0
                                    

Gasta menemani Mafaza yang sedang shooting untuk MV cover lagu terbarunya. Dia duduk sendiri melihat Mafaza yang sibuk bernyanyi. Sesekali kedua matanya tertutup menikmati suara merdu Mafaza.

"Udah di temenin aja nih." goda Lucas membuyarkan kenikmatan Gasta. Dia duduk di samping Gasta.

Gasta tersenyum. Hanya itu jawaban darinya.

"Gimana lo di Jepang?! Betah?"

"Iyalah. Udah bertahun tahun gue disana. Nyaman sih yang gue rasain"

"Ada niatan mau tinggal di Indonesia lagi nggak?"

Gasta mengernyitkan keningnya. Dia menggelengkan kepalanya. Di otaknya belum ada fikiran untuk kembali tinggal di Indonesia.

"Dia selalu sibuk sama kerja dan kuliahnya. Udah nggak pernah mikir cari pasangan, gebetan. Padahal banyak banget yang suka sama dia. Udah berpuluh puluh kali dia tolak cowok yang nyatain perasaannya sama dia." Lucas menceritakan Mafaza tanpa Gasta tanya.

Kedua telinga Gasta mendengarkan dengan baik. Bibirnya hanya tersenyum. Kepalanya hanya mengangguk. Dia sama sekali tidak menyukai Lucas menceritakan kehidupan Mafaza.

"Gue juga sebenernya suka sama dia. Tapi gue sadar diri. Dia nggak akan suka sama gue." perkataan Lucas membuat Gasta menegang.

Gasta melirik Lucas yang masih memperhatikan Mafaza. Dia kaget dengan kejujuran Lucas. Tapi dia berusaha berekspresi biasa saja.

"Lo jangan bilang ke Mafaza ya?!" pandangan Lucas beralih ke Gasta.

Gasta tersenyum. "Iya tenang aja." jawab Gasta santai.

Mafaza sudah menyelesaikan semua tugasnya untuk hari ini. Dia jalan mendekati Gasta dan Lucas yang sedang asik mengobrol dari tadi. "Gue langsung ke cafe ya?! Semuanya udah selesai. Besok gue nggak kesini lagi. Gue mau focus ngurus reuni gue soalnya." Mafaza melihat jam tangan miliknya. Dia mengambil tas ranselnya yang ada di kursi samping Gasta.

"Oke. Hati-hati ya Za?!" jawab Lucas.

Mafaza mengacungkan jempolnya. Dia jalan ke tempat parkir mobil di susul Gasta yang jalan di belakang dirinya.

Suasana malam yang sudah sangat sunyi. Bau angin malam yang semakin melekat. Hanya cahaya penerangan yang terlihat. Jarum jam sudah menunjuk ke angka 11 malam. Sudah banyak manusia yang asik di dalam rumah. Bahkan sudah banyak tubuh manusia yang mencium aroma kasur mereka.

Gasta dan Mafaza menikmati perjalanan malam dengan diam. Tidak ada obrolan yang menarik untuk mereka bahas. Gasta hanya focus melihat jalanan yang sudah sepi. Mafaza masih focus mendengarkan lagu lewat earphone miliknya.

Sesekali mereka mencuri pandang. Tanpa mereka sadari ada suara detak jantung mereka masing-masing yang terdengar keras. Otak mereka sama memikirkan nama masing-masing.

Setengah jam perjalanan mereka menuju cafe yang hanya di hiasi diam. Mafaza turun meninggalkan tas ransel miliknya. Dan di susul Gasta yang jalan di belakang Mafaza. Di dalam cafe sudah banyak pengunjung dan beberapa personil yang akan tampil bersama Mafaza.

Tanpa mereka berdua sadari. Anak Kipi, Zavarasha, dan Afkar sudah duduk manis di sofa kesayangan mereka. Mereka datang tanpa Gasta dan Mafaza tahu.

"Ngapain kalian?" tanya Mafaza berdiri di depan mereka.

"Mau liat lo nyanyi lah." jawab Ava judes.

"Udah sana biar Gasta gue yang jagain." ucapan Rauf menggoda

Tawa mereka pecah. Gasta sudah duduk di pojok samping Afkar. Mafaza memanyunkan bibirnya dan jalan mendekati teman-temannya.

 Mafaza memanyunkan bibirnya dan jalan mendekati teman-temannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
MAFAZATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang