Air hujan turun membasahi tanah. Tercium bau tanah yang sangat khas. Percikan-percikan air menyentuh dinding kaca cafe menambah suasana malam menjadi romantis.
Byakta dengan kaos panjang dan jaket jins tebal memasuki cafe yang di penuhi pasangan-pasangan muda. Matanya mencari sosok perempuan yang dia cari.
Dia menghampiri perempuan yang duduk di kursi pojok belakang dan duduk di depannya.
"Sorry gue telat. Tadi lagi ada urusan sama adik gue bentar." ucap Byakta.
"Iya nggak pa-pa. Ada apa kamu manggil aku?" tanya Nia yang selalu terlihat cantik dengan rambut panjangnya yang tergerai. "Oh iya kamu mau pesan apa? Aku belum pesan buat kamu."
Nia yang masih sedikit menyimpan rasa ke Byakta dan masih merasa berbunga-bunga setiap dekat dengan Byakta. Dia masih saja memanggil dengan kata aku kamu. Walaupun Byakta sudah cuek sama dia.
Byakta menggelengkan kepalanya. Pandangannya menatap tajam ke Nia. "Gue nggak bisa lama di sini. Gue cuma mau bilang klo lo jangan salahin Aza lagi. Karena kita putus itu nggak ada sangkut pautnya sama Aza." Byakta memegang tangan Nia dengan lembut. Dia berusaha agar Nia tidak tersulut emosi.
Nia mengernyitkan keningnya. Dia melepaskan tangan Byakta dari tangannya. Dia tidak suka dengan kata-kata Byakta barusan. "Kita putus karena lo lebih memilih pergi sama dia dari pada sama gue." nada Nia sedikit meninggi.
Flasback on
Byakta dan Nia duduk di pinggir lapangan basket tepat di bawah pohon. Mereka berdua menikmati pemandangan anak-anak kelas X yang sedang latihan basket sambil makan cemilan yang sudah Byakta beli di kantin.
"Temen-temen kamu kemana?" tanya Nia yang masih memakan cemilan.
"Di kantin sama Zavarasha." jawab Byakta santai sambil menyisir rambutnya ke belakang dengan jari-jari tangannya.
"Besok liburan pergi yok!!" Nia memberikan senyum cantiknya ke Byakta.
"Sorry aku udah ada janji sama Aza."
Nia merubah ekspresi mukanya . Keningnya berlipat. Pandangannya menajam "Berdua?"
Tangan kiri Byakta memeluk bahu Nia dan membelai kepala Nia dengan lembut. "Ada Nicta juga. Nicta yang ngajak dari beberapa hari yang lalu soalnya."
"Yang jadi pacar kamu itu aku apa Aza sih?" Nia menjauhkan duduknya.
Byakta menurunkan tangannya. Dia mengambil aqua botol yang ada di samping kanannya. "Mulai deh."
"Kamu pasti lebih prioritasin Aza dari pada aku. Nggak kamu, nggak Gasta. Semua sama aja. Apa hebatnya Aza sih sampe kalian care sama dia. Cewek gampangan kayak gitu." nada Nia sedikit meninggi.
Byakta nggak suka dengan kata-kata Nia. Tatapannya menajam. "Jaga omongan lo."
"Sekarang kamu bentak aku? Dan kamu panggil aku lo?"
"Gue nggak suka lo jelek-jelekin Aza. Dia orang baik."
Nia beranjak dari duduknya. "Lebih baik kita putus."
"Oke." jawab Byakta santai. Dia pergi meninggalkan Nia yang masih mematung.
"Sialan. Awas aja lo Za. Dasar cewek gampangan." batin Nia emosi
Setelah kejadian itu. Byakta menjauhi Nia. Nia berusaha menghubungi Byakta dan pura-pura meminta maaf tapi Byakta tidak ada keinginan untuk memberikan Nia kesempatan.
Saat Byakta, Aza dan Nicta pergi sebenarnya Byakta dengan Nia sudah putus tapi anak-anak Kipi belum tau tentang ini. Karena Byakta berniat ingin menceritakan semuanya ke Kipi setelah dia pergi dengan Aza dan Nicta.

KAMU SEDANG MEMBACA
MAFAZA
Novela JuvenilKenangan bukanlah hal buruk yang harus bisa menghilang dari ingatan. Tetapi kenangan adalah warna-warni cerita kehidupan tanpa kita inginkan sekalipun. Mafaza Flor Simran gadis berusia 17 tahun memiliki keluarga dan sahabat yang selalu memberikan ka...