MAFAZA 26

25 2 1
                                    

Afkar membersihkan kamar adiknya yang sudah hampir seminggu tidak di tempati. Dan sudah hampir seminggu juga dia bolak balik rumah sakit menjaga adiknya. Dia kangen suara teriakan adiknya yang merusak telinga.

Untuk hari ini dia libur menjaga adiknya. Dia harus ikut ujian dan dia juga sudah banyak bolos mata kuliah.

Setelah selesai mengganti sprei dia beranjak dan pergi keluar kamar. Dia jalan dan duduk di ruang makan menyusul Bi Inah dan Mang Ujang yang sudah duduk di meja makan.

Afkar duduk di depan Bi Inah. "Bi nanti kalo sampai sore Aza belum ada yang jagain. Bi Inah langsung berangkat ke rumah sakit ya?!" ucapnya melihat Bi Inah yang sudah menyiapkan makanan untuk dirinya.

"Iya. Den Afkar selesai kuliah jam brapa?" Bi Inah balik bertanya.

"Malem banget Bi. Harus ngejar mata kuliah yang udah ketinggalan juga." Afkar menyantap makanan dengan lahapnya. "Oh iya...tapi nanti telfon Aza dulu ya. Jangan tiba-tiba langsung kesana. Nanti dia ngambek." Afkar sangat tau sifat adiknya yang selalu ngambek.

"Iya De. Siap." tangan kanan Bi Inah hormat di depan Afkar membuat Afkar dan Mang Ujang tertawa.

Afkar harus menyelesaikan mata kuliahnya yang sudah tertinggal hari ini juga. Karena dia tidak ingin IPKnya anjlok dan dapat ceramah dari Ayahnya.

Dia sangat disiplin soal pelajaran. Beda banget sama adiknya yang lebih suka malas-malasan.

Selesai makan, dia beranjak dan jalan menuju garasi. Jari-jarinya memainkan ponsel yang dia pegang.

5sekawan

Afkar
Lo pulang sekolah langsung ke rs. Gue takut adik gue ketemu Javas lagi.

Gasta
Siap

Byakta
Siap tuan

Rauf
Oke 2 babu gue siap melayani

Zar
Sorry gue nggak ikut. Ada balapan.

Kali ini Afkar tidak tergoda dengan chat Zar. Dia lebih mementingkan masa depannya dan dia ingat larangan dari adiknya. Se-cuek-cueknya dia masih ada rasa peduli yang lebih. Apalagi untuk keluarganya. Dan tentang Javas dengan adiknya. Dia sekarang lebih sering was-was memikirkan Javas dengan Mafaza.

"Kali ini Javas lebih penting." batinnya

Dia tidak memikirkan Naresh. Dia percaya dayang-dayang adiknya akan menjaga.

***

Mafaza bangun dari tidurnya. Dia kaget dengan kehadiran Javas yang sudah duduk di sofa. "Javas...ngapain lo?" tanyanya.

Javas tersenyum dia suka melihat Mafaza bangun tidur. "Cantik." ucapnya lirih.

"Apa?" kening Mafaza berkerut. Dia tidak mendengar Javas bicara apa.

"Nggak...gue cuma pengen main aja di sini. Nenek gue masih tidur. Daripada gue lumutan di sana mending di sini kan." Javas menyenderkan punggungnya di punggung sofa.

Mafaza melihat sekeliling ruangannya. Dia mencari kakaknya yang belum terlihat. Biasanya pagi-pagi udah sampe sini. Dia mengambil ponselnya yang ada di meja samping tempat tidur.

MAFAZATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang