DUA anak kecil sedang bermain di suatu taman bermain. Berlari ke sana dan kemari menikmati angin sore yang menerpa wajah mereka. Kadang salah satu dari mereka melompat, mencoba sesuatu permainan yang lebih seru. Kemudian tertawa bersama seakan permainan yang sedang mereka coba adalah permainan yang konyol. Mereka hanya dua anak kecil yang bermain tanpa ada beban yang harus mereka tanggung.
"Ayo! Kejar aku, Ablal!!" Teriak Anak perempuan dengan suara cadelnya.
"Jangan berlari, Abi! Nanti jatuh," jawab Anak laki laki dengan nada cemas. Ia berusaha meraih tangan Abi sebelum terjadi hal yang buruk kepadanya.
BRUUKK!!
Abi tersungkur di tanah. Ternyata hal buruk yang Abrar khawatirkan terjadi. Ia berlari menghampiri teman sebayanya yang sudah menangis karena terjatuh.
"Tadi udah aku bilang jangan lari.. kenapa kamu tidak percaya sama aku?" Tanya Abrar.
Abi terdiam. Ia merasakan perih di lutut hingga tidak kuasa menahan tangis. Abrar yang tahu Abi kesakitan mencoba tuk menghibur.
"Udah jangan nangis, aku tiup ya.. biar sakitnya hilang," ucap Abrar.
Abrar meniup luka yang ada di lutut Abi. Tingkah laku Abrar membuat Abi berhenti menangis kemudian mengembangkan senyum lebarnya. Senyum yang manis. Sejenak ia melupakan rasa perih yang ada pada lututnya. Tiupan Abrar seakan jadi obat mujarab bagi Abi.
"Masih sakit?" Tanya Abrar.
Abi menggeleng dan tersenyum menatap Abrar. "Telima kasih Ablal,"
Abrar hanya mengangguk dan tangannya terulur untuk menyentuh pipi Abi yang basah karena menangis. Lalu mengusapnya pelan untuk menghilangkan bekas air mata Abi.
"Aku gak suka kamu menangis. Jangan pernah menangis lagi,"
"Aku janji gak bakal buat kamu menangis, kecuali menangis karena kebahagian,"
Abrar tersenyum.
Senyum yang jarang ia tampakkan kepada orang lain.
Senyum yang ia tunjukkan hanya untuk Abi.
Hanya untuk Abi.
==§§§==
KAMU SEDANG MEMBACA
Abi dan Abrar
Teen Fiction[SELESAI] Mencintaimu bukan perkara yang mudah. Aku harus melewati jalan berlumpur dan penuh lubang. Jika aku salah langkah sedikitpun, maka aku akan jatuh dalam kubangan lumpur yang kau ciptakan. Hingga aku memahami; betapa sulitnya sebuah perjuan...