"Aku jatuh cinta pada pandangan pertama di awal pertemuan kita yang terlampau sederhana."
-Luna Disastro-
_________________________________
PERLAHAN mata Abrar terbuka. Ia terbelalak melihat objek di belakang Abi.
"Abi! Awas!!"
Abrar menarik tangan Abi yang memegang boneka teddy bear. Tubuh mungil itu refleks terhuyung ke depan. Membentur dada bidang yang sangat nyaman. Abi terpaku. Otak kecilnya berusaha memproses kejadian yang baru saja terjadi.
Beberapa detik mereka habiskan dalam posisi berpelukan. Hingga
Abi memutuskan mendorong pelan dada Abrar. Menatap manik mata biru jernih yang menawan hati. Mata yang mampu menghayutkan Abi menuju alam bawah sadar.Abrar menghembuskan napas lega. "Kalo jalan hati-hati."
Abi tersenyum lebar. Kemudian mengangguk penuh antusias. Abi masih tersenyum saat tubuhnya terdorong ke belakang dengan keras. Ia merasakan perih di pundak karena cengkraman tangan yang kuat.
"Kurang ajar! Kalo jalan gak cuma kaki yang dipake, itu mata juga!" Teriak seorang perempuan tepat di depan wajah Abi. "Mata lo buat pajangan doang, hah?!"
Abi menatap perempuan di depannya. Bingung. Mengapa perempuan ini marah-marah tidak jelas? Aneh. Abi meneliti penampilan perempuan berambut panjang itu dari atas sampai bawah. Abi terkejut. Ia refleks menutup mulut yang terbuka lebar.
Abi meringis. Melihat sweater berwarna peace itu berlumuran dengan es krim. Abi baru menyadari bahwa ia hanya memegang cone tanpa es krim.
"Aduhh.. maaf Mbak, gak sengaja." Abi mengulurkan tangan berniat membersihkan noda es krim.
Perempuan itu dengan kasar menepis tangan Abi. "Jangan pegang-pegang! Gue bisa sendiri."
Abi mengelus-elus tangan yang terasa perih. Bibir mungilnya maju beberapa senti. Kesal. Padahal Abi bermaksud baik, ingin bertanggung jawab atas perbuatan yang tidak sengaja ia lakukan. Namun, ditolak mentah-mentah. Ya sudahlah..
"Biar gue bantu." Suara bariton Abrar terdengar datar.
Abrar melangkah mendekat. Mengeluarkan sapu tangan biru dongker dan mengusap noda es krim di sweater perempuan yang menurut Abi memiliki wajah cantik. Perempuan itu terdiam. Menatap wajah Abrar bak melihat seorang pangeran kerajaan ternama. Ia memperhatikan detail wajah Abrar yang serius membersihkan noda es krim.
Abi menggenggam tangan kuat. Tentu saja, Abi cemburu! Tingkat dewa! Ia tidak rela Abrar menyentuh perempuan lain. Hanya Abi yang boleh dekat bahkan menyentuh sang Pujaan hati.
Namun, apa yang bisa Abi lakukan? Menyeret perempuan itu keluar mall? Atau mengajak berkelahi satu lawan satu? Tidak. Abi tidak ingin memperkeruh keadaan. Abi menyadari kesalahan yang baru saja ia perbuat. Lebih baik mengalah, daripada membuat suasana menjadi tidak kondusif.
"Makasih." Ucapnya tersenyum manis ke arah Abrar.
Abrar menganggukkan kepala. Perempuan berambut panjang itu masih tersenyum ke arah Abrar. Senyum yang mengisyaratkan akan sesuatu.
'Dasar perempuan centil!'
Abi menggeram kesal. Ingin sekali menarik Abrar menjauh. Namun, Abi tahu. Abrar tidak semudah itu untuk menuruti keinginannya. Abi harus memutar otak untuk menjauhkan Abrar dari perempuan centil itu. Eitss, ingat! Otak Abi berkapasitas minimum. Sangat sulit diajak berpikir bahkan di saat terdesak sekalipun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Abi dan Abrar
Teen Fiction[SELESAI] Mencintaimu bukan perkara yang mudah. Aku harus melewati jalan berlumpur dan penuh lubang. Jika aku salah langkah sedikitpun, maka aku akan jatuh dalam kubangan lumpur yang kau ciptakan. Hingga aku memahami; betapa sulitnya sebuah perjuan...