06 The Power of You

508 66 30
                                    

"Hei cakep!
Aku akan seperti mitokondria saat bersamamu.
Dan aku akan bernyanyi
I've Got the Power, "

-Lalisa Bintari-

______________________________

ABI sudah siap berangkat ke sekolah saat jam menunjukkan pukul 06.30. Sungguh, sebuah rekor tersendiri untuk seorang Lalisa Bintari. Tentu saja, ia dibangunkan oleh Maria dengan diguyur air terlebih dahulu. Itu adalah cara tercepat agar Abi terbangun. Kaki pendeknya melangkah dengan santai menuju ruang makan. Ia berniat sarapan bersama keluarga, yang sebelumnya sering ia lewatkan karena terburu-buru. Abi tersenyum saat sampai di meja makan.

"Selamat pagi." Abi duduk di kursi makan yang biasanya kosong karena ditinggal tidur penghuni tetap.

Semua yang ada di meja makan terdiam menemukan hal yang tak biasa dilakukan oleh Abi. Adam -Kakak Abi- ternganga menatap adiknya. Makanan yang ada di mulut hampir tumpah apabila cowok itu tidak cepat tersadar dari lamunan.

"Aaa! Ada genderuwo jadi-jadian!!"

Adam berteriak dengan mulut penuh makanan. Jari telunjuk itu ditudingkan ke arah Abi. Akibat dari teriakan Adam, ada sebagian percikan nasi yang keluar dari mulut.

"Awas! Siaga 1!! Ada meteor nasi yang jatuh tak terduga hari ini!!" Ucap Lisna, adik perempuan Abi berumur 12 tahun yang duduk di depan Adam. Ia merasa terancam karena ada meteor nasi secara mendadak.

"Lebay kau nak." Adam menjitak pelan kepala Lisna. Sedangkan Lisna hanya meringis mendapat jitakan dari Adam.

"Abang ih, udah cantik begini dikatain genderuwo. Durhaka lo sama kembarannya Bae Suzy." Abi tidak terima.

"Gue kasihan sama Bae Suzy punya kembaran buruk rupa kayak lo."

Adam tersenyum mengejek. Wajah Abi berubah cemberut dan bibir itu dimajukan beberapa senti.

"Kak Lalisa kayak Ducky. Bibilnya mancung," ledek Risa dengan nada cadel yang khas. Tangan kecilnya menyentuh paruh Ducky kemudian menatap Abi dengan senyum polos.

Seketika semua yang ada di meja makan tertawa termasuk Fandi dan Maria karena ucapan polos Risa yang berhasil membuat Abi kalah telak. Gadis itu memang sering jadi bahan ejekan di sekolah maupun di rumah. Namun, dengan alasan itu membuat stok kesabaran Abi sangat tinggi.

"Eh buseet, ini anak. Kecil-kecil mulutnya udah kayak cabe di pasar."

Semua tertawa dengan keras. Membuat Abi semakin kesal. Bahkan Adam sampai terpingkal-pingkal sambil memegang perut.

"Sudah.. sudahh." Fandi menenangkan keadaan. "Dilanjutin makannya nanti terlambat lagi lho."

Fandi sudah rapi dengan seragam PNS-nya. Ia terlihat tampan meski usia tidak bisa dibilang muda lagi.

"Mama gak ikutan buli Abi?"

Biasanya, Maria ikut andil dalam pembulian yang dilakukan. Tetapi kali ini Mamanya itu hanya diam menyaksikan.

"Mau Mama ikut juga? Sok atuh,"

Abi melotot ke arah Mamanya itu. Respon Maria hanya tersenyum mengejek. Sedangkan yang lainnya menahan tawa agar tidak meledak karena tahu saat ini Abi dalam mode marah. Gadis cantik itu menunduk sambil mengaduk-aduk makanan. Selera makan Abi hilang karena aksi pembulian yang dilakukan di pagi hari. Ia meletakkan sendok makan pelan kemudian berdiri.

Abi dan AbrarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang