Vomment ya 😍
Happy reading!
See you next time 🙋
_______________________________
"Aku tidak tahu harus bagaimana, ketika mendengar bahwa kau harus pergi meninggalkan."
Lalisa Bintari
________________________________
SORAK sorai membahana di seluruh sekolah. UNBK berakhir. Semua siswa bersenang ria menyambut kebebasan atas kungkungan soal-soal yang membuat pusing kepala. Namun, ini hanyalah awal dari tahap kehidupan, masih ada kesulitan yang lebih mendalam.
"Yeee! Kita udah bebas!" Ucap Ratna dengan girang.
"Belom, Rat. Kita masih berjuang buat SBMPTN nanti." Timpal Sherlyn.
"Halah, nanti ya nanti, sekarang ya sekarang."
"Lo gak boleh gitu, terlalu santai membuat kita terlena."
Ratna berdecak kesal. "Terlena pala peyang, udah ah males gue denger ceramah lo."
Ratna meninggalkan Sherlyn yang menggerutu kesal. Perempuan itu menghampiri Abi yang sedari tadi sibuk mengotak-atik ponsel.
"Woi! Ngapain lo?" Ratna menepuk punggung Abi pelan, namun respon perempuan itu malah kaget luar biasa.
"Eh gila! Lo ngagetin gue aja."
"Lo ngapain sih? Serius amat."
"Enggak kok, enggak ada apa-apa, hehe.." Abi terkekeh tidak jelas.
"Lo mau ke rumah sakit lagi?" Tanya Sherlyn yang muncul tiba-tiba.
Abi mengangguk pelan.
"Harus ya lo ke sana terus?"
"Haruslah. Gue harus nemenin Luna."
Ratna menghela napas pelan. "Bi, lo harus belajar mengikhlaskan."
Abi memandang Ratna tajam. Ia tidak suka nada bicara perempuan itu yang terkesan pasrah pada keadaan. Ia yakin ada kesempatan untuk Luna bangun dari tidur panjangnya.
"Maksud lo?"
"Lo gak bisa nahan Luna terus, lo harus menyadari bahwa keadaan fisik Luna gak memungkinkan untuk bertahan."
"Lo pengen Luna pergi?"
"Bukan gitu."
"Gue gak nyangka lo berniat buruk, harusnya lo dukung gue bukan malah ngajak gue pasrah sama keadaan!"
Abi berbalik meninggalkan Ratna dan Sherlyn yang memangil namanya dengan keras. Ia tidak peduli, tidak ada yang dapat mencegahnya untuk terus bertahan pada harapan bahwa Luna akan terbangun.
Saking kesalnya, Abi tidak memperhatikan langkah hingga berakhir pada menubruk punggung seseorang.
"Eh, sorry gue gak sengaja."
"Gue yang sengaja nubruk lo."
Abi mendongak menatap seseorang itu. Tubuhnya yang pendek membuat ia harus mendongak ke atas. Helaan napas kasar keluar, mengapa ia harus bertemu dengan laki-laki ini?
Laki-laki itu tersenyum senang menemukan seseorang yang sedari tadi ia cari. Selama ini, perempuan itu menghindar dengan alasan yang sama, yaitu rumah sakit.
KAMU SEDANG MEMBACA
Abi dan Abrar
Teen Fiction[SELESAI] Mencintaimu bukan perkara yang mudah. Aku harus melewati jalan berlumpur dan penuh lubang. Jika aku salah langkah sedikitpun, maka aku akan jatuh dalam kubangan lumpur yang kau ciptakan. Hingga aku memahami; betapa sulitnya sebuah perjuan...