42 Hilang (3)

374 21 0
                                    

Now playing: Aop-Bodohnya diriku

Selamat membaca ya..

Semoga suka,
Jangan bosen buat nunggu up date, karena semangat kalian buat ane semangat nulis

Jangan lupa komen dan vote ya,

See you again! 💋

______________________________

"Aku mencintaimu, namun kau tidak mengerti antara menghargai dan mempermainkan."

-Lalisa Bintari-

________________________________

ABI mengerucutkan bibir kesal. Kini, perempuan itu berada di toko bunga Maria menemani Mamanya menjaga toko kecil tersebut.

Matanya bergerak mengikuti arah orang-orang berkeliaran di jalan. Ke sana kemari mencari sesuatu yang tidak pasti.

Tiga hari, adalah hari yang lama untuk seorang Abi untuk menanti kabar dari sang Pujaan. Setelah kejadian itu, Abrar tidak lagi terlihat meskipun ia telah diam-diam memperhatikan dari balkon kamar. Ia rela  memperhatikan dari lubang tikus jika pada akhirnya bisa dipertemukan barang sedetik. Namun, semesta tidak mengizinkan.

Abrar, laki-laki yang selalu menjadi nomer satu setelah Fandi dan Adam. Ia menginginkan laki-laki itu dalam kehidupannya, entah itu di masa lalu ataupun di masa depan. Ia masih menyimpan rasa itu dalam-dalam, menyembunyikan dalam relung tanpa celah sedikitpun, hingga tiada ruang untuk orang lain masuk.

Abi memandang langit yang mendung. Di sana, burung terbang bebas tanpa beban berarti. Mungkin, sebuah luka tidak akan berpengaruh jika ia mempunyai sayap, sayap yang mampu melindungi dari apapun, termasuk luka tak kasat mata.

"Kak Lalisa!!" Panggil Risa.

Abi menoleh dan mengusap lembut rambut keriting adiknya. "Apa sayang?"

"Liat deh, Ducky makan es krim Isa!" Risa mengerucutkan bibir lucu.

Risa, adik kecil yang lucu dan imut itu tidak ada bedanya dengan Abi. Ia sama-sama kocak dalam urusan konyol. Tidak pernah menganggap serius suatu hal. Itulah sebabnya Risa lebih dekat dengan Abi daripada dengan Adam ataupun Lisna.

"Wah, bener! Tadi Kakak liat loh."

"Ducky jahat! Isa benci sama Ducky!" Risa melempar boneka bebek berwarna kuning itu menjauh.

"Kakak buang ke tempat sampah aja ya? Biar keren!" Abi tersenyum bangga. "Biar kayak bebek nyemplung comberan, hahaha.."

Mendengar suara tawa dari kakaknya membuat Risa berkaca-kaca, kemudian menangis sambil menjerit kencang.

Abi gelagapan. Dalam hitungan detik sudah dipastikan Maria akan mengamuk dan menuduhnya yang tidak-tidak. Inilah, itulah, apalah, seperti Iis Dahlia dengan kumis tipis yang katanya manis, tapi meringis.

"Abi!" Teriak Maria dari kejauhan.

Abi menepuk jidat sebagai pelampiasan. Risa memang semprul, bocah tengil sekaligus menyebalkan.

"Iya, Ma?" Jawab Abi setengah berteriak.

"Kamu apain adikmu?!"

"E-enggak kok, Ma. Risa katanya kebelet pipis, gak bisa nahan."

Abi dan AbrarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang