11 Kevin Pratama

437 43 5
                                    

"CINTA,
Satu kata sejuta rasa."

-Lalisa Bintari-

_____________________________

HARI ini seluruh siswa-siswi SMA 65 GARUDA BANGSA diizinkan pulang pagi karena ada rapat dadakan yang mengharuskan semua guru untuk mengikuti. Tentang aksi pembolosan yang dilakukan oleh Abi dan Abrar kemarin, tidak ada masalah karena para guru sedang ada rapat penting dan tidak ada waktu untuk mengawasi murid-muridnya. Lagipula, tidak hanya Abi dan Abrar yang membolos. Banyak anak IPS dan IPA yang membolos karena jam kosong terlalu lama. Jadi, sah-sah saja membolos..

Seperti biasa, sepulang sekolah Abi mampir ke toko bunga Mamanya untuk membantu Maria berjualan bunga. Abi mengenakan baju kodok berwarna krem dengan rambut yang dikucir kuda. Persis seperti gadis berumur 14 tahun. Imut-imut dan lucu..

Abi mengamati setiap pelanggan yang mengunjungi toko buka Mamanya itu. Kemudian menghembuskan napas pelan. Bosan.

"Eh, anaknya Supri! Di mana si Supri??" Maria menghampiri anaknya yang sedari tadi diam mengamati pelanggan.

Abi memutar bola mata malas. Selalu saja Mamanya itu berbicara ngelantur. "Ada di depan Abi.."

"Kurang ajar! Masih bohay begini dikira Supri," Maria menarik kursi dan duduk di di depan Abi.

"Inget umur, Ma.. udah mau setengah abad juga," Abi terdiam sejenak. "Lagian tadi Mama manggil Abi anaknya Supri. Secara tidak langsung Mama itu ya si Supri,"

"Oh iya ya.." Maria cengengesan. "Dungaren atuh, kamu pinter.."

Abi menghela napas pelan. Memijit-mijit kening yang terasa pening mengingat kelakuan Maria yang sebelas duabelas mirip dengan Abi.

"Emang dari lahir Abi udah pinter.. Mama aja yang gak pernah sadar, " ucap Abi pelan agar Maria tidak mendengar.

Ada jeda beberapa menit, sebelum Abi merasa Maria menatapnya penuh selidik. Membuat Abi risih dipandang seperti itu.

"Kenapa liatin Abi sampe segitunya?" Abi bergidik ngeri melihat tatapan Maria.

Maria memicingkan mata menatap Abi. "Kamu bolos lagi hari ini?"

"Astagfirullah Mama.. gak boleh suudzon sama anak sendiri," Abi mengusap dada, menambah kesabaran. "Hari ini itu, ada rapat dadakan. Jadi dibolehin pulang cepet.."

"Oohh.. bilang dong dari tadi! Kamu gak bilang atuh,"  Maria malah menyalahkan Abi.

"Bagaimana mau bil.."

"Ssssttt.. gak boleh bantah ucapan orangtua! Dosa!!"

Abi menggeram dalam hati. Menghembuskan napas pelan. Berusaha bersabar dengan Mamanya itu. Memang ya anak selalu salah di mata orangtua. Bagaikan senior dan junior. Pasal pertama senior selalu benar. Pasal kedua jika senior salah kembali ke pasal pertama. Kurang lebih seperti itu..

'Untung emak gue.. kalo enggak udah gue plites sampe gempeng krempeng!'

Maria dan Abi saling diam. Abi masih kesal dengan Maria. Tidak ingin mengajak mengobrol. Makan hati!!

Kriiinggg!! Kriiinggg!!!

Terdengar dering telpon. Maria segera berdiri dari tempat duduk. Berlari kecil untuk mengangkat telpon tersebut. Abi mengira, pasti telpon dari pelanggan Mamanya yang meminta untuk mengantarkan bunga. Inilah Abi tunggu-tunggu. Mengantarkan bunga lebih baik daripada duduk tidak jelas seperti jomblo kurang kasih sayang..

Abi dan AbrarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang