"Cobalah, lihat ke belakang.
Kau akan menemukan aku yang setia menunggu hatimu. "-Kevin Pratama-
________________________________
ABRAR memasang headset di telinga. Musik mengalun memenuhi indra pendengaran. Meredam suara yang ada di sekitar. Mata berkornea biru jernih itu terpejam. Menikmati setiap melodi dan nada yang membentuk kesatuan yang harmonis.
Senin. Hari yang tidak diinginkan setiap orang. Hari yang melelahkan. Tugas dan perkerjaan akan dilipatgandakan pada hari itu. Semangat menjadi menurun dan malas melakukan sesuatu. Namun, tugas tetaplah tugas. Harus diselesaikan tepat waktu guna memenuhi tanggung jawab.
Adit datang membuat keributan. Cowok yang mempunyai paras hitam tetapi manis itu menjadi pusat perhatian kelas. Mulutnya tidak pernah lelah berkomentar apapun. Tidak ada hari libur untuk mulut dan tingkah bodoh Adit.
"Bro, ada kabar gembira untuk kita semua." Suara Adit menyakinkan.
"Kulit manggis kini ada ekstraknya." Risky menyahut.
Adit berdecak sebal. "Ck, ganggu ae lo gajah ting-ting. Kalo mau promosi jangan di sini, anjirr."
"Gue gak promosi, cuma nyanyi doang."
"Sama aja pe'a!"
Adit menatap Abrar dan Risky bergantian. Tercipta senyuman miring di bibir itu. Mengerikan.
"Lo sehat? Kayaknya lo udah tahap psikopat." Risky menatap Adit aneh.
"Enak aja! Lo yang psikopat."
"Berita apa?" Abrar melepas alat kecil yang menyumpal telinga.
Adit terdiam. Wajah itu terlihat menakutkan dari biasanya. Seolah-olah hal yang akan ia ucapkan membuat seluruh dunia hancur. Tatapan yang cowok itu berikan juga sangat menyakinkan.
"Kita kedatangan teman baru. Yey, temen baru!! Hip-hip huraa." Adit melonjak senangan. Menari seperti anak kecil.
Abrar dan Risky menghela napas panjang. Butuh kesabaran yang tinggi untuk menghadapi Adit. Kepala terasa pening melihat teman yang bodoh dan jarang memakai otak dalam berpikir.
"Gue mulai ragu, lo emang sehat, kan?" Risky bergidik ngeri melihat Adit. "Mau gue bantu ke RSJ?"
Gerakan Adit terhenti. "Lebih baik, lo bantu bayar utang gue. Itung-itung sedekah."
Risky memutar bola mata. "Muka aja polos, tapi hati lo jahat."
"Yang jahat itu bukan gue, tapi Rangga."
"Terserah. Gila gue ngomong sama lo."
Adit terterawa puas. Mengalahkan Risky adalah sesuatu yang menyenangkan. Tubuh gempal itu sangat lucu jika sudah mengalah.
"Siapa namanya?" Abrar bertanya, sedari tadi ia menunggu perdebatan selesai.
"Siapa ya?" Adit mengetuk dagu. "Cucu dari pemilik yayasan sekolah kita. Kevin Pratama, kalo gak salah."
Abrar menaikkan satu alis. "Kevin Pratama?"
"Iya, katanya ganteng. Cewek-cewek pada teriak histeris kayak orang kesurupan. Jadi ngeri gue liatnya." Adit duduk di meja Risky.
KAMU SEDANG MEMBACA
Abi dan Abrar
Teen Fiction[SELESAI] Mencintaimu bukan perkara yang mudah. Aku harus melewati jalan berlumpur dan penuh lubang. Jika aku salah langkah sedikitpun, maka aku akan jatuh dalam kubangan lumpur yang kau ciptakan. Hingga aku memahami; betapa sulitnya sebuah perjuan...