28 Terungkap

319 22 9
                                    

"Apa salahku? Mengapa kalian membenciku?"

-Lalisa Bintari-

________________________________

JAM menunjukan pukul 06.01 WIB namun Abi sudah melangkah di koridor sekolah. Keadaan Abi memprihatinkan, mata yang bengkak, hidung memerah, dan badan yang lesu. Bermain hujan menyenangkan, tetapi dampak yang ditimbulkan fatal. Kepala Abi terasa berputar-putar, hidung yang tidak bisa bernapas, badan terasa ingin jatuh dan lemas. Ditambah kejadian dengan Abrar kemarin, membuat pikiran semakin penuh dan ingin meledak.

Semalaman Abi tidak bisa tidur. Ia menangis dan air yang jatuh tidak bisa berhenti hingga jam 2 pagi. Abi tertidur setelah merasa lelah dengan tangisan yang tak kunjung berhenti. Hasilnya, mata bengkak seperti mata panda versi vampire. Apakah ia secengeng itu?

Tubuh Abi serasa ingin jatuh, tidak ada tenaga untuk melangkah. Ia ingin cepat-cepat sampai kelas dan mengistirahatkan diri. Bagaimana dengan Abrar? Laki-laki itu masih di istana kebanggaannya. Ia sengaja meninggalkan Abrar karena malas berurusan dengannya. Sudah cukup dengan kejadian kemarin, ia tidak ingin tambah lagi. Bahkan memandang wajah Abrar saja, ia tidak mampu.

Abi melangkah memasuki kelas yang terlihat sepi. Dengan tenaga yang tersisa, ia melangkah menuju bangku. Abi terkejut dengan kenyataan yang terjadi. Ia tidak mungkin salah melihat, matanya masih normal. Inikah yang disembunyikan Ratna dan Sherlyn selama ini? Inikah alasan  Ratna dan Sherlyn berangkat pagi?

Bangku yang ia duduki terlihat penuh dengan coretan, kata-kata yang tidak pantas ditujukan kepada orang. Mereka membenci, tetapi Abi tidak tahu apapun tentang itu. Mereka mengumpat kata-kata kasar, nama binatang banyak yang tertulis di bangku, menganggap perempuan murahan, tidak beradab, ataupun kata-kata lain yang mempunyai makna buruk. Sungguh, hati terasa teriris, bahkan tidak ada kata yang dapat mewakili perasaan Abi.

Badan Abi kaku tidak bergerak. Kenyataan yang tidak pernah ia ketahui, terasa bodoh dan tidak tahu diri. Apakah ia harus menangis lagi? Badannya terasa lelah dengan fakta yang pahit. Pikiran terlalu berat untuk ditambah dengan kejadian yang tidak pernah diketahui. Tanpa isakan, air mata jatuh membasahi pipi. Air mata jatuh dengan rasa sakit yang tidak dapat ditorehkan oleh kata-kata.

Terdengar suara langkah seseorang yang datang, ia tidak lagi peduli. Mereka membenci Abi. Mereka tidak pernah menginginkan keberadaannya. Kesalahan apa yang telah ia perbuat?

"Lo kok kesiangan sih? Nanti kalo Abi tahu gimana?" Ratna berjalan di luar kelas dengan terburu-buru.

Dengan tergopoh-gopoh, Sherlyn mengikuti langkah Ratna. "Gue gak tahu, semalem gue lembur ngerjain tugas."

"Jangan sampe Abi tahu tentang ini, kasihan dia. Abi udah banyak pikiran tentang Abrar, gue gak mau dia kenapa-napa."

"Iya, gue juga kasihan sama Abi."

Percakapan yang tidak ingin Abi dengar. Sherlyn dan Ratna hanya merasa kasihan dengan keadaannya, apa perlu rasa kasihan ditujukan? Abi tidak ingin itu, mereka tidak percaya bahwa ia kuat daripada apapun.
Mereka berangkat pagi agar Abi tidak mengetahui apapun tentang aksi pembulian ini.

Ratna dan Sherlyn terkejut menemukan Abi berdiri kaku dengan tatapan tidak lepas dari bangku. Mereka terlambat, Abi sudah tahu semuanya.

"Apa kalian kasihan sama gue?" Abi berbicara memunggungi Ratna dan Sherlyn.

"A-abi gu-gue bisa jelasin." Ratna maju satu langkah. Kegugupan melanda tubuhnya.

"I-iya kita punya alasan mengapa ngelakuin ini." Sherlyn menambahkan.

Abi dan AbrarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang